Showing posts with label Health. Show all posts

11 Tips Menjaga Kesehatan Saat Musim Hujan, Biar Gak Tumbang

Coba tebak sekarang di Aek Loba lagi musim apa? Di bulan Desember ini, Aek Loba memasuki musim maling, tepatnya musim maling bunga. Tetangga kanan-kiriku mulai menemukan beberapa tanamannya hilang. Ada yang dicabut, ada yang dipetik, ada yang dipatahi, ada juga yang diangkut sak pot-potnya. Tanamanku sejauh ini aman-aman saja. Selera dan koleksi pekaranganku sepertinya tak ada yang berharga di mata para sindikat maling bunga sini.

Nah, sebelum musim maling bunga, Aek Loba didahului dengan musim sakit, tepatnya musim demam, flu dan batuk. Memang sejak memasuki bulan berakhiran -ber, frekuensi turun hujan mulai sering di sini. Walaupun air sumur tetap saja tak naik-naik. Musim hujan tiba, musim sakit pun menyusul. Puncaknya pada akhir November kemarin. Puskesmas pasti ramai tiap hari. Praktik dokter, bidan dan klinik bisa dipastikan lebih besar pemasukan hariannya. Banyak warga sini yang bertumbangan. Tak ketinggalan kami serumah bergantian. 
Musim hujan

Awalnya si bapak bersin-bersin hingga meler. 2 hari kemudian aku ketularan. Mulai bersin dan terasa seret di tenggorokan. Besoknya ingusan dan batuk-batuk. Terakhir emakku pun ikut tumbang. Si Iqbal udah duluan dari jauh-jauh hari. Wajar sih karena tiap malam selalu keluar malam, lalu pulang lewat dini hari, semenjak dilantik jadi PPK (Panitian Pemilihan Kecamatan) Aek Kuasan. Apalagi ketika mendekati jadwal pilkada, pergi pagi pulang pagi, ganti baju sebentar lalu pergi lagi😌. Jadi ketika orang-orang baru mulai tumbang, dia sudah selesai.

Di rumah kami, kalau dari segi daya tahan tubuh dan daya tahan banting, emakku yang paling tinggi peringkatnya. Namun November kemarin akhirnya tumbang juga. Sejak November, cuaca di Aek Loba memang sedang galau-galaunya. Tiap malam hujan disertai angin kencang. Tiap subuh hingga pagi hujan, siang panas, tiba sore hujan. Puncaknya di 25-29 November. Sampai-sampai berita di TV untuk wilayah Sumatera Utara selalu mengabarkan banjir di sana-sini, longsor dan banjir lagi. Hingga kini. 

Nah, di tanggal 25 November, emakku sejak pagi mulai mengulum-ngulum jahe, gatal tenggorokannya. Yang luar biasanya, tanggal 26 November malam tiba-tiba minta dipanggilkan tukang kusuk. Rupanya paginya dia jatuh di kamar mandi, tapi gak bilang, dan memang gak niat kusuk karena dirasanya gak kenapa-kenapa. Pas malam baru terasanya sakit, barulah minta panggilkan tukang kusuk. Padahal sudah teredukasi kalilah perihal: “Kalau kita jatuh, lekas-lekaslah dikusuk, jangan dilama-lamakan walaupun gak terasa sakit badannya, apalagi udah tua. Sadar dirilah kalau badan udah gak muda lagi.” Tapi pas mengalami sendiri kok ya tetap aja merengkel. 

Sehabis kusuk malam itu, emakku pun mulai bersin-bersin, tenggorokan makin gatal dan batuk-batuk. 27 November, matahari tak keluar disertai angin kencang seharian. Dingin. Pulang angon, emakku pun berobat ke bidan desa, gak enak dirasanya badannya. Hingga besok paginya tak belanja ke pajak. Libur jualan ceritanya, disuruh istirahat. Lagi pun sejak subuh hujan sampai siang. Jadi kalau si emak tumbang, wajar. Tiap hari, pagi kena hujan, sore kena hujan, terus di rumah masih ada yang menyebar virus, plus badan tak lagi muda.

Yang muda saja banyak yang tumbang karena cuaca. Beginilah rupanya yang dimaksud dengan istilah "under the weather", kalau versi bahasa Medan diterjemahkan ke bahasa inggris menjadi 'not delicious body'🤣. 

Yang dijaga baik-baik pun kondisi badannya bisa terpengaruh oleh cuaca apalagi yang sistem jaga imun badannya pakai slogan YOLO, You Only Live Once, yang diterjemahkan ususnya menjadi selagi sehat embat aja semuanya. Jangan ya, jangan (sering-sering) zalim sama badan sendiri. 

Tips Cara Menjaga Kesehatan Saat Musim Hujan 

Berikut 11 tips Cara Menjaga Kesehatan Saat Musim Hujan yang kurangkum dari pengalaman hidup bertetangga, sari pati dari dunia maya, serta kearifan lokal di drama Cina. 

1. Budayakan minum air hangat

Pernah gak setelah bersin-bersin lalu minum air hangat? Rasanya tenggorokan lebih enakan ya kan. Selain menghidrasi, air hangat juga melancarkan sirkulasi darah dan metabolisme sehingga membantu proses detoksifikasi tubuh. Tapi bukan berarti racunnya keluar lewat keringat yang dikeluarkan tubuh ya. Bukan. Mengeluarkan racun tubuh adalah urusan kerja hati dan ginjal. 

2. Banyak konsumsi buah dan sayur

Vitamin, serat, dan antioksidan alami banyak terkandung dalam buah dan sayur. Ini yang dibutuhkan tubuh untuk menguatkan sistem imun. Di sebuah dracin berjudul Children's Hospital Pediatrician, kuingat sebuah adegan ketika di ruang konsultasi, seorang ibu yang meminta dokter meresepkan obat yang paling paten untuk balitanya sedang sakit (tak peduli berapapun harganya) biar lekas sembuh. Eh, sang dokternya hanya bilang, gak perlu dikasi obat, pulang aja sana, banyak-banyak minum air hangat serta banyak makan buah dan sayur. Udah gitu aja. 


3. Perhatikan pola makan

Hujan-hujan paling enak makan mi instan berkuah kental ekstra pedas, ditambah gorengan hangat dicocol saus. Ada yang tak setuju? Rakus sedikit-sedikit bolehlah tapi jangan sedikit-sedikit rakus. Enak di lidah tak enak di lambung, di usus sengsara. Apalagi kalau memang udah teruk kian batuknya, makanlah itu gorengan tiap hari. Pande-pandelah ya. 

4. Jaga kebersihan rumah dan pekarangan 

Sebisa mungkin hindari kebiasaan yang berpotensi membuat sarang nyamuk, seperti tumpukan atau gantungan baju-baju kotor di sana sini, genangan air di pekarangan, selokan yang tak mengalir, atau tanaman/ pepohonan yang terlalu rimbun sehingga tak lolos sinar matahari. Di musim hujan, kita harus lebih rajin melakukan inspeksi dan bersih-bersih dibanding ketika bukan musim hujan. 


5. Sedia payung sebelum hujan

Sudah tahu musim hujan, jangan lupa periksa bagasi sebelum berangkat ke mana-mana, mantel sudah masuk belum? Yang angkoters, payung sudah dibawa gak ya? Jaketnya jangan lupa. Jangan sampai pulang-pulang masuk angin. 

6. Istirahat cukup

Istirahat tak hanya tubuh saja, mata juga, otak juga. Jenis istirahat tiap orang pasti berbeda-beda. Ada yang istirahatnya tidur, ada yang istirahatnya main game, ada yang istirahatnya nonton drakor, ada yang istirahatnya menghayal, ada juga yang butuh istirahat dari menghayal. Tapi yang jelas tubuh tetap butuh tidur. Normalnya tubuh butuh tidur 7-8 jam. Walaupun banyak juga yang karena terlalu lelah malah tak bisa tidur. Dan yang paling melelahkan adalah yang terlalu lelah sampai tak bisa tidur ini mencoba untuk tidur sampai lelah karena tak bisa-bisa. Kalau sudah begini agaknya kita butuh instrospeksi diri. Mungkin kita telah (terlalu) zalim pada diri sendiri. 

7. Budayakan cuci tangan pakai sabun

Bagian yang ini seharusnya kita sudah pintar lah ya semenjak pandemi Covid-19 menyerang. Jangan layas mentang-mentang sudah vaksin. 

8. Hindari sumber virus dan pakai masker

Kalau sudah tahu lagi banyak yang sakit, perilaku kita ya jangan sok-sok menantang "Hei virus, aku di sini, datanglah kalau berani". Pakailah masker. (biar glowing 🤣)
 

9. Jangan mager

Sebenarnya bermaksud mau buat rutin berolahaga, tapi yang nulis jarang olahraga. Kalau bisa sih gerak olah tubuhnya rutin. Jalan pagi keliling komplek sehabis subuh misanya (jangan lupa pemanasan biar gak terkejut urat-uratnya). Jangan hanya jempolnya saja yang diolahragakan sambil rebahan menatap layar. Olahraga ya. Dan raga gak hanya jempol. 

10. Jaga pola pikir

Jangan biasakan overthinking. Jangan suka menakuti diri sendiri. Capek. Mending nonton film horor. Meski melelahkan tapi setidaknya energi tersalurkan. Sedangkan overthinking akan menumpukkan energi negatif menjadi bukit. Kita perlu lekas-lekas sadar dan 'memaksa diri' untuk bisa mensyukuri apa yang kita miliki dan yang tidak kita miliki. Supaya kita tak lama-lama bersedih dan segera kembali waras. Sejak muda overthinking, belum tua psikosomatis.

11. Konsumsi multivitamin dan jamu bila perlu

Berusaha ekstra untuk menjaga kesehatan di musim hujan tentu tak ada salahnya. Apalagi bagi kita yang punya segudang aktifitas dan mobilitas tinggi tiap hari. Selain butuh asupan energi dan gizi cukup, tambahan vitamin untuk menjaga stamina dan daya tahan tubuh juga bisa dijadikan opsi saat diperlukan. Ada yang memilih madu, multivitamin, bahkan herbal berbentuk jamu kemasan yang praktis. Seperti jamu SIDO MUNCUL ini. Mau minum jamu tak perlu menunggu-nunggu tukang jamu lewat, tak perlu merasakan sensasi keribetan masak jamu sendiri. Semudah menikmati kopi instan, hanya butuh gelas, sendok dan air panas. Dah jadi tinggal minum. 
Jamu Sido muncul


Nah, itu tadi 11 tips cara menjaga kesehatan saat musim hujan tiba supaya gak tumbang karena perubahan cuaca yang kurang bersahabat. Kamu punya tips ampuh lain dari kearifan lokal dunia pertetangganmu? Bolehlah bagikan ke sini biar makin berfaedah. 

Cerita Alergi, Obat Absurd Tapi Ampuh

"Selain berkonsultasi pada dokter, cara paling ampuh untuk mengobati kutu air membandel adalah dengan bertanya pada para veteran 'survival' kutu air." Kata siapa? Kataku.


Sebagai salah satu penyumbang populasi pemilik kulit sensitif dan pengidap hay fever alias rhinitis alergi, hidupku tak jauh-jauh dari masalah kulit sensitif, pilah-pilih seabrek produk perawatan kulit yang susaaah banget cocoknya, dan juga indera penciuman yang terbilang cukup unik.

Hay fever atau rhinitis alergi adalah peradangan yang terjadi di rongga hidung akibat reaksi alergi. Gejalanya dapat berupa bersin-bersin, hidung gatal atau tersumbat, ruam di kulit, mata merah dan berair, sakit tenggorokan maupun tenggorokan gatal dan batuk. 

Walau kondisi kulitku tak separah teman-teman penderita dermatitis atopik, mau tak mau ya harus punya keterbatasan pada pilihan makanan, sabun dan detergen, parfum, juga toleransi zat alergen di udara seperti debu, asap segala jenis pembakaran, bau coro dan tikus, bau bangkai, serta beberapa aroma parfum menyengat yang ketika terhirup langsung mengakibatkanku bersin-bersin.
Seorang wanita sedang meniup bunga dandelion


Apakah alergi menular? 

Alergi tidak menular. Gejala bersin-bersin, ruam pada kulit, biduran, bahkan bisa sesak nafas jika parah hingga syok anaflaksis yang disebabkan oleh alergi musiman atau rhinitis alergi tidak menyebar dari orang ke orang. Begitu pula seperti eksim pada tubuh terutama pada tangan dan kaki pengidap dermatitis atopik. Maka dari itu, kita tidak perlu khawatir tertular berada dekat-dekat penderitanya. Berbeda halnya jika gejala bersin-bersinnya karena flu atau sesak nafasnya karena COVID dan ruam atau eksimnya karena cacar. Lain ceritanya.

Alergi bersifat genetik 

Alergi memang tidak menular dari individu satu ke individu lainnya, tapi diwariskan dari orang tua ke generasi selanjutnya, alias turunan. Bisa jadi anaknya memiliki kondisi yang sama seperti orang tuanya, atau memiliki kondisi berbeda. Namun yang jelas jika salah satu orang tuanya memiliki riwayat alergi, potensi anaknya berisiko alergi lebih tinggi lagi.

Selain genetik, para ahli berpendapat bahwa munculnya penyakit alergi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kebersihan lingkungan, kualitas udara di lingkungan tempat tinggal (termasuk paparan asap rokok), riwayat infeksi, pola makan, stres, dan perubahan hormon. 

Jadi, alergi tidak semata-mata ditentukan oleh faktor keturunan. Seorang anak bisa saja mengalami alergi meski orang tuanya tidak memiliki riwayat alergi, begitu pun sebaliknya.

Setuju sekali denan pendapat para ahli ini. Aku sendiri awalnya malah mengira tak punya alergi. Ketika masih kecil, aku bisa makan apa saja tanpa efek gatal-gatal. Main keceh (genangan air di jalanan atau di mana sajalah ketika musim hujan tiba) dan main parit aman-aman saja, (Kalau mandi parit gak pernah sih). Berbeda dengan emakku yg waktu itu menghindari konsumsi ikan kembung dan udang.

Nah, tepat setelah sembuh dari sakit cacar air di kelas 1 SMP,  aku merasa tak bisa lagi mandi hujan. Habis mandi hujan pasti kegatalan, terutama di area bekas luka cacar. Bahkan kena airnya juga terasa gatal. Walau tak sampai ruam-ruam. (Agaknya sejak itu makanya ketika SMA di tasku selalu ada payung lipat). Lalu beberapa tahun setelah tamat kuliah baru kusadari ternyata mandi hujan tak lagi membuatku kegatalan. Entah kapan hilangnya.

Gejala alergi selanjutnya muncul di masa semester 5 bangku kuliah, tepatnya setelah pindah kos ke Tuasan. Kudapati air sumurnya kurang bersahabat dengan kulitku. Tiap habis mandi pasti timbul ruam. Lalu makin lama gejalanya bertambah. Jika malam tiba, tangan terasa gatal. Awalnya kadang-kadang, lalu bertambah frekuensinya sampai tiap malam. Pernah juga beberapa waktu terasa panas, memerah dan tegang karena agak bengkak hingga ke jari-jari tangan. Sehingga sulit untuk ditekukkan. Gataal sekali.
Seorang wanita sedang menggaruk punggung tangannya yang memerah ruam dan gatal


Tapi di pagi hari kembali lagi seperti semula. Gatalnya juga hilang. Yang tinggal seperti bintik-bintik berair seperti bekas digigit semut (kalau bahasa Aek Lobanya disebut 'kuman'), letaknya di telapak tangan bagian samping, sejajar dengan kelingking hingga batas pergelangan. Tapi gak bisa ditindas atau dipecahkan. Kalau bekas gigitan semut kan bisa dipecahkan ya. Nah ini tak bisa. Seperti tebal kulitnya. Aku pun heran. 

Gejalanya akan semakin berat ketika aku makan di luaran alias mengandung MSG, ayam bodo-bodo (meminjam kata si Teta), dan kudapan yang tinggi kandungan gulanya. Padahal itu tipe camilan favoritku masa itu).
 
Nah kecurigaanku pada air sumur ini benar adanya. Pasalnya ketika beberapa tahun kemudian kosan kami diinstalasi PDAM, eh ku tak lagi mengalami ruam sehabis mandi, dan berangsur-angsur tanganku juga tak lagi mengalami gejala demikian. Dan kuman-kumannya pun hilang. 

Di masa-masa itu sabun pun gonta-ganti. Pakai segala varian Detol tak mempan. Sabun batang yang katanya solusi untuk kulit bermasalah, di kulitku malah membuat gak nyaman. Hingga akhirnya yang paling minimal efek alerginya adalah sabun sereh atau serai dari Herboris. Bertahun-tahun kemudian ku tak pernah ganti sabun lagi sampai setahun setelah balik kampung, yaitu ketika stok sabunku habis. Lalu pelan-pelan berganti kembali ke 'sabun rakyat'. 

Awal kembali kena air sumur di rumah pun, kulitku kembali ruam-ruam setelah mandi. Aneh kan ya, bisa-bisanya alergi sama air sumur sendiri. Dulu-dulu kok enggak? Apa mungkin air sumur yang jernihnya luar biasa ini juga tercemar alergen? Hmm... Bisa jadi. 

Sukurnya, lama-lama terbiasa di kulit. Ketika berganti ke sabun segala merek pun, kulit masih bisa menoleransi. Nah, barulah sebulan bulan belakangan ini, kalau habis mandi muncul lagi ruam-ruam. Dan 'Kuman' itu juga sepertinya ada muncul satu dua lalu hilang. Sejauh ini tak ada rasa gatal di tangan kala malam. 

Sampai detik ini ku masih mengira-ngira apa penyebab gejala alergi dulu kala ini muncul kembali. 
Serangga atau kutu berwarna merah dan hitam bersandingan dengan tetesan air di atas daun hijau


Alergi dan Kutu Air

Menurut hasil pengamatanku, orang-orang yang memiliki riwayat alergi, lebih rentan terkena kutu air dan juga lebih susah sembuhnya dibandingkan orang yang tak punya gangguan alergi. Emakku contohnya.

Dari ceritanya, setelah menikah, barulah muncul gejala alergi yang makin lama makin parah. Gatal-gatal pada bagian kaki dan tangan. Terutama pada telapak dan sela-sela jari. Awalnya seperti terkena kutu air, lalu lama-lama kulitnya pecah-pecah dan pedihnya bukan main. Tidak cocok dengan sabun cuci? (Padahal sebelum menikah ya nyuci pakai sabun itu juga).

Semua jenis sabun dan detergen sudah dicoba bergantian. Segala obat dan salep dari mantri, bidan, dan  dokter sudah dicoba, beragam obat alternatif baik dari resep di buku-buku pengobatan tradisional maupun kearifan lokal dari orang-orang terdahulu pun sudah dijajal. Entah sudah berapa jenis spesies tokek bakar pun yang ditenggak emakku. Tak sembuh juga.

Akhirnya ya pandai-pandai meminimalisasi kontak dengan air dan sabun sebisanya, dan memakai produk yang paling minim dampaknya. Hingga kini. Meskipun kini kondisinya tak separah dulu. Resistensinya bertambah sepertinya ya.

Mungkin ini yang dimaksud dengan alergi bisa diturunkan tingkat keparahannya dengan memaparkan zat alergen pada penderita dengan dosis yang main lama makin dinaikkan. Sehingga resistensi terhadap zat alergen juga bertambah. Dan tadaaa... Lama-lama jadi tak alergi lagi terhadap alergen tersebut. 

Jadi kalau ada pertanyaan apakah alergi bisa disembuhkan? 

Jawabannya tidak. Alergi tidak bisa sembuh, tapi bisa diobati dan diringankan gejala dan tingkat keparahannya.

Lalu apakah penyakit kutu air bisa sembuh? 

Oh tentu bisa. Kutu air disebabkan oleh infeksi jamur dari kelompok dermatophytes, jamur yang sama penyebab kurap. Dan penyakit ini menular. 
Kaki kiri yang jari kelingkingnya dipegang oleh sebuah tangan menunjukkan selah jari kelingking terkena kutu air


Rekomendasi obat manjur untuk kutu air

Berikut adalah beberapa salep dan obat yang cukup ampuh untuk mengobati kutu air membandel versi emakku: 

1. Salep Pi Kang Shuang

Walau salap jadul ini sempat habis beberapa tabung juga, tetap saja mencari yang lebih ampuh. Beberpa tahun kemudian ketika menemukan khasiat minyak karo, salep ini ditinggalkan emakku.

2. Minyak Karo

Awalnya minyak karo ini memberikan hasil lumayan. Kulit yang terbuka mengering, dan gatal juga hilang. Namun lama-lama seperti tidak mempan lagi, bahkan malah membuat tambah lembab dan gatal. Akhirnya minyak karo pun ditinggalkan dan kembali ke phi kang suang, sampai kukenalkan dengan opsi no. 3.

3. Ketoconazole Cream

Sejauh ini salep beraroma harum ini adalah yg paling setia digunakan emakku karena cocok di kulit dan efeknya juga cukup ampuh, sampai ketemu opsi no. 4.

4. Autan varian merah muda

Ya, kamu gak salah baca. Memang AUTAN, lotion anti nyamuk yang itu yang ku maksud. Info ini didapat dari tetangga. Nah, sang tetangga dikasi tahu anaknya yang punya keahlian di bidang. pengobatan alternatif. Kata anaknya "Wajib yang pink ya, varian lain gak bisa". Emakku pernah coba merek Soffell yang pink, karena gak nemu si Autan pink, dan memang tak mempan. Nah, ini sekali dicoba, besok paginya kulit yg terkelupas dan pecah-pecah itu langsung kering dan tertutup, gatalnya hilang dan ruamnya perlahan berkurang. Segitu ampuhnya rupanya. 
Autan sachet pink


Cara Ampuh Mengatasi Kutu Air Membandel

Begini langkah-langkah penanganan dan pengobatan kutu air membandel ala emakku yang kurasa agak ekstrim: 

1. Bersihkan kaki

(baca: berus telapak kaki dengan berus kamar mandi hingga bersih). Kalau habis adzan Isya ada dengar suara orang memberus sesuatu di kamar mandi, sudah dipastikan itu adalah suara emakku ngeberus telapak kakinya🥲. 

2. Rendam dengan air garam

(Dulu-dulu dibuatnya, sekarang langsung ke opsi no 3 aja, sih).

3. Siram/ rendam dengan air panas

(Bukan hangat loh ya, panas. Tapi tak sampai membuat kulit melepuh, tapi yang pasti berasap). 

4. Keringkan. Lalu kasi salep

(Sepekan belakangan salep ketoconazole diganti dengan Autan merah muda, karena dirasa jauh lebih ampuh. Paginya langsung kering dan tertutup kulit yang terkelupas.) 

Aku sendiri belum sempat membuktikan keampuhan si Autan ini sebagai obat kutu air. Maunya sih tak punya kesempatan mencoba.  Tapi rasanya hampir mustahil. Seharian saja kaki aktif berinteraksi dengan air, bisa dipastikan sorenya sela-sela jari kaki pasti merah-merah. 


Btw, tak habis pikir aku kenapa Autan ini jadi obat manjur untuk mengobati kutu air. Autan ini bukan pembunuh serangga, tapi lebih ke penghalau nyamuk. Sedangkan penyebab kutu air adalah jamur. Dengan kata lain ada kandungan bahan di Autan yang bisa membasmi jamur, bukan begitu? 

Apa saja sih bahan yang terkandung dalam Autan?

Sungguh aku terbengong ketika melihat bagian belakang kemasannya. Tak ditemukan bahan komposisinya. Baru kali ini rasanya ada produk yang komposisinya tak dicantumkan. Hanya ada info "mengandung bahan aktif Diethyltoluamide 15%". Hal yang sama juga kutemui pada produk Soffell. Bedanya di Soffel jumlahnya 12%. Gak ada komposisinya.

Setelah mencari-cari di Google barulah ketemu di situs ScJohnson
https://www.whatsinsidescjohnson.com/id/id/brands/Autan/autan_soft_and_scented_sachet

Ternyata beginilah komposisi bahan yang terkandung dalam AUTAN Floral & Protect: 

1. Air
2. Wewangian

4-tert-butylcyclohexyl acetate*; alpha-isomethyl ionone*; benzyl salicylate*; butylphenyl methylpropional*; citronellol*; coumarin*; dipropylene glycol; e + z-oxacyclohexadec-12(+13)-en-2-one (mixture); geraniol*; hexyl cinnamal*; linalool*; methyl Ionones; nerol*; phenethyl alcohol; terpineol*; tetramethyl acetyloctahydronaphthalenes*

3. Sorbitan Laurate (pengemulsi) 
4. Acrylic Copolymer (Pengental)
5. Methyl Paraben (pengawet) 
6. Sodium Hydroxide (pengatur pH) 
7. Lidah buaya (Emolien) 


Entah bahan yang mana atau perpaduan mana saja yang membuat kelompok jamur dermatophytes penyebab kutu air ini tewas. Yang jelas Autan pink ini mengandung Methyl Paraben yang kalau pegiat healthy skincare biasanya agak-agak anti sama pengawet satu ini. 

Nah, setelah tahu info absurd ini, kira-kira kamu bakal nyobain sendiri atau mungkin merekomendasikan Autan ini sebagai obat kutu air ke rekan dan kerabat gak sih

Pesan moral: 

Ketika perlu dirasa, dipikir dan ditimbang antara ikhtiar mengobati kutu air membandel vs mudaratnya bagi jiwa dan raga, ya silakan bijaksana. 

Catatan: 

Pada produk Soffell, aku sama sekali belum berhasil menemukan info komposisi apa saja yang terkandung di dalamnya. 

Tebakan:

Autan termasuk produk yang terafiliasi Gen-O Si-Dia gak sih? 😁

Perbedaan Tipes dan Tifus: Memahami Dua Penyakit yang Sering Disalahpahami

Apakah Tipes dan Tifus sama? 


Sebulan belakangan, warga Aek Loba dan sekitarnya mengalami musim baru, musim sakit. Dengan gejala panas tinggi berhari-hari, badan terasa ngilu, lidah terasa pahit, hilang selera makan, demam yang kembali lagi setelah suhu tubuh normal, lesu dan timbul ruam di kulit.

Beberapa tetanggaku sudah kena dampaknya. Yang kiri jarak beberapa rumah lebih dulu terjangkit anaknya, setelah anaknya sembuh, emaknya pula gantian. Tetangga belakang (juga berjarak beberapa rumah) malah sudah 3 hari di rumah sakit karena panas tinggi tak kunjung turun. Tetangga depan juga demam Rabu lalu. Mendengar kabar emaknya sakit, sorenya si anak bungsu menyambangi rumah emaknya, menemani berobat. Esoknya suhu tubuh emaknya sudah normal, tapi gantian si anaknya demam dengan gejala yang sama.

Awal rumor sih lagi musim DBD alias demam berdarah, tapi kok ya sudah banyak korban pun belum ada tanda-tanda pengasapan dari petugas desa. Lalu lama-lama rumor yang beredar jadi musim tipes. Sudah lama memang kudengar kalau DBD dan tifus memiliki gejala serupa.

Awalnya kubermaksud menulis tentang perbedaan gejala Tifus dan DBD. Namun ketika berselancar mencari informasi di internet, kumenemukan sebuah artikel yang mengubah niatku. Judulnya Tipes atau Tipus yang Benar? Kukira artikel tersebut bakal membahas seputar penulisan yang benar menurut KBBI, eh rupanya setelah kubaca, kumalah baru tahu kalau ternyata tipes dan tifus itu berbeda. Jadilah tulisan ini bakal membahas perbedaan penyakit tifus dan tipes dulu lah ya. Perbedaan gejala DBD dan tifus akan dibahas selanjutnya.

Nah, jadi apakah tipes dan tifus sama?

Jawabannya tidak Markonah. Meski namanya mirip, tipes (demam tifoid) dan tifus adalah dua penyakit yang berbeda, baik dari segi penyebab, gejala, cara penularan, maupun pengobatan. Berikut hasil rangkumanku dari Halodoc, Orami, dan Cedars Sinai. Mari kita kupas tuntas perbedaan tipes dan tipus.

Tipes


Tipes, atau lebih dikenal sebagai demam tifoid, adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Bakteri ini menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi, dan merupakan masalah kesehatan serius di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.

Gejala dan Penularan Tipes


Gejala tipes biasanya muncul antara 6 hingga 30 hari setelah paparan bakteri. Gejala awal yang paling umum adalah demam tinggi yang meningkat secara bertahap, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, sakit perut, diare atau konstipasi, dan ruam kulit. Ruam ini dikenal dengan istilah "rose spots," yaitu bintik-bintik merah muda kecil yang muncul di perut dan dada.

Baca Juga: Anak Alergi: Benarkah Dermatis Atopik Tidak Bisa Disembuhkan?


Tipes terutama menyebar melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh kotoran manusia yang mengandung bakteri Salmonella typhi. Di daerah dengan sanitasi yang buruk, penyakit ini dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan wabah.

Menurut data WHO, tipes menyebabkan sekitar 11-20 juta kasus per tahun di seluruh dunia, dengan angka kematian berkisar antara 128.000 hingga 161.000 jiwa setiap tahunnya. Penyakit ini terutama terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk dan kurangnya akses terhadap air bersih.

Pengobatan dan Pencegahan Tipes


Tipes dapat diobati dengan antibiotik seperti ciprofloxacin atau azithromycin. Pengobatan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius, seperti perdarahan usus atau perforasi usus, yang dapat berakibat fatal. Pencegahan tipes melibatkan beberapa langkah kunci:

Vaksinasi: Vaksinasi sangat disarankan bagi mereka yang tinggal atau bepergian ke daerah endemik.

Sanitasi: Memastikan akses ke air bersih dan sanitasi yang baik dapat secara signifikan mengurangi penyebaran tipes.

Kebersihan Pribadi: Praktik kebersihan seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah menggunakan toilet sangat penting.


Tifus


Berbeda dengan tipes, tifus adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari genus Rickettsia. Penyakit ini ditularkan oleh gigitan serangga seperti kutu, tungau, atau kutu tikus yang terinfeksi.

Jenis-Jenis Tifus dan Gejalanya


Tifus memiliki beberapa jenis utama, yang masing-masing ditularkan oleh vektor serangga yang berbeda:

Tifus Epidemik: Disebabkan oleh Rickettsia prowazekii dan ditularkan oleh kutu tubuh (Pediculus humanus corporis). Jenis ini sangat mematikan dan sering terjadi dalam kondisi hidup yang padat dan tidak higienis, seperti di kamp pengungsi.

Tifus Endemik (juga dikenal sebagai Murine Typhus): Disebabkan oleh Rickettsia typhi dan ditularkan oleh kutu tikus. Biasanya lebih ringan daripada tifus epidemik.

Scrub Typhus: Disebabkan oleh Orientia tsutsugamushi dan ditularkan oleh tungau chigger. Scrub typhus umum terjadi di Asia Tenggara, Jepang, dan Australia.

Gejala umum dari tifus meliputi demam tinggi mendadak, sakit kepala parah, ruam, nyeri otot, dan batuk kering. Pada kasus yang parah, tifus dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kegagalan organ, terutama jika tidak segera diobati.

Penularan dan Pencegahan Tifus


Tifus ditularkan melalui gigitan serangga yang terinfeksi, yang membuatnya berbeda dari tipes yang menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Pengendalian vektor sangat penting dalam pencegahan tifus. Pencegahan tifus mencakup langkah-langkah berikut:

Pengendalian Vektor: Mengurangi populasi serangga seperti kutu dan tungau melalui penggunaan insektisida dan menjaga kebersihan lingkungan.

Hindari Gigitan Serangga: Menggunakan pakaian pelindung dan obat antiserangga saat berada di daerah yang berisiko tinggi.

Kebersihan Lingkungan: Memastikan lingkungan bebas dari tikus dan serangga vektor.

Perbedaan Utama Antara Tipes dan Tifus


Untuk memahami perbedaan antara tipes dan tifus, berikut ini adalah perbandingan langsung yang menggambarkan aspek-aspek utama dari kedua penyakit tersebut:

Perbedaan Tipes (Demam Tifoid) dan Tifus

Data Ilmiah tentang Tipes dan Tifus


Studi dan riset yang dilakukan di berbagai negara memberikan gambaran yang lebih jelas tentang prevalensi dan bahaya dari tipes dan tifus.

Menurut laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tipes memiliki tingkat kematian sekitar 10-30% pada pasien yang tidak diobati. Sebuah studi yang diterbitkan oleh The Lancet menunjukkan bahwa peningkatan sanitasi dan vaksinasi telah secara signifikan menurunkan insiden tipes di berbagai negara berkembang.

Sedangkan tifus, khususnya tifus epidemik, dapat menjadi jauh lebih mematikan. Pada kondisi wabah besar, tifus epidemik memiliki tingkat kematian yang bisa mencapai 60% jika tidak diobati dengan cepat. Data dari World Health Organization (WHO) juga menunjukkan bahwa tifus masih menjadi masalah kesehatan serius di beberapa daerah pedesaan di Asia dan Afrika.

Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran


Tipes: Pencegahan tipes sangat bergantung pada sanitasi yang baik dan praktik kebersihan yang tepat. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah menggunakan toilet, memastikan makanan dimasak dengan baik, dan menggunakan air bersih adalah langkah-langkah sederhana yang sangat efektif.

Tifus: Karena tifus ditularkan melalui gigitan serangga yang terinfeksi, pengendalian vektor adalah langkah pencegahan utama. Selain itu, kebersihan lingkungan dan kontrol populasi tikus sangat penting untuk mengurangi risiko penularan tifus.

Nah, sudah jelas lah ya kalau tipes dan tifus tidak sama. Perbedaan utama terletak pada penyebab, cara penularan, dan gejalanya. Tipes disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi, sedangkan tifus disebabkan oleh bakteri Rickettsia yang ditularkan melalui gigitan serangga.

Gunanya apa sih tahu informasi macam gini?


Kalau aku sih, supaya gak parno-parno kali. Maksudnya supaya tak overthinking. Kalau sudah terlanjur sakit ya supaya tak berulang lagi karena sudah tahu sebabnya apa dan pahan pengobatannya macam apa. Kalau belum eh TIDAK kena (karena belum berarti akan), ya supaya jangan sampai kena, (jauh-jauh lah). Karena tahu penyebabnya jadi tindakan preventifnya pun lebih tepat. Seperti kata pepatah, mens sana in corpore sano, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Eh, kan. Hayo bingung.

Fun Fact


Tahukah kamu kalau di KBBI, kata tipes dan tifus bermakna sama? Lebih tepatnya tipes adalah bentuk tidak baku dari kata tifus. Kita sudah bahas bedanya tipes dan tifus pakai panjang kali lebar kali tinggi, eh rupanya di KBBI artinya sama saja. Pantas saja rakyat banyak yang bingung. Perlu revisi nih sepertinya ya kan.

Arti tipes, tipus dan tifus di KBBI


Pesan Moral


Karena di rumahku masih ada musim tikus kesasar di kamar mandi atau sengaja jalan-jalan ke kedai emak lalu lupa pulang, maka tentu ada peluang lebih bagi penghuni rumah terjangkit Tifus. Jadi pastikan stok racun tikus selalu tersedia dan mari rutikan kembali ngeracun tikus.

Tebakan


Temukan keliruan informasi di bagian akhir tulisan ini. 😁

Baca Juga: Perbedaan Agar-agar, Jelly, Gelatin, Pektin, Cincau dan Puding




Aplikasi Kehamilan Diary Bunda

Hampir tiap pengalaman pertama selalu diikuti oleh rasa aneka rupa. Hamil perdana apalagi. Bukan hanya yang mengalami, orang-orang di sekitar sang bumil pun bisa jadi "ikut hamil".

Ketika hamil Keke dulu, bukan cuma bundanya, ibuknya pun jadi ikut instal aplikasi kehamilan di smartphone nya.

Ya, Keke adalah balita yang sejak dalam kandungan selain dipantau tumbuh kembangnya oleh buk bidan dan dokter kandungannya juga dimonitor berkala oleh bunda dan ibuknya via aplikasi kehamilan.

Aplikasi Kehamilan Diary Bunda

Aplikasi kehamilan Diary Bunda merupakan aplikasi yang memandu penggunanya seputar ilmu kehamilan dan kesehatan ibu dan anak.

Aplikasi buatan anak bangsa yang dirilis 29 Juli 2019 ini kini telah digunakan oleh lebih dari 400.000 ibu di Indonesia.

Keunggulan aplikasi kehamilan Diary Bunda

Dari sekian banyak aplikasi kehamilan, keunggulan aplikasi Diary Bunda ini  sesuai dengan namanya.

Aplikasi ini memberi kemudahan bagi bunda untuk memantau dan mengabadikan momen hamil sepuasnya tak ubahnya seperti menulis diari.

Suatu cara sehat untuk memperbaiki mood bumil yang sering jungkir balik karena ulah kerja hormon yang sedang labil.

Fitur-fitur aplikasi Diary Bunda

Diary Bunda memiliki tampilan aplikasi yang simpel dan minimalis sehingga sangat memudahkan penggunanya.

Selain catatan harian, masih ada 5 fitur kemudahan lainnya di Diary Bunda. Mari kita intip satu persatu.

1. Pantau kehamilan

Saat ini sudah bisa apa ya?

Pertanyaan yg sering mondar mandir di kepalaku waktu Keke masih di perut bundanya.

Di fitur Perkembangan, kita bisa mendapatkan info perkembangan janin di tiap pekannya.

2. Informasi terpercaya

Aman gak sih naik pesawat di trisemester pertama?
Eh, katanya makan kerang gak boleh ya?
Boleh minum jamu gak, sih?

Serta pertanyaan sejenis lainnya yang sering menggelitik para bunda dan calon bunda bisa ditemukan jawabannya di fitur artikel.

Ada ribuan artikel yang telah ditinjau dokter. Jadi kita tak perlu khawatir terkonsumsi informasi hoaks.

3. Catatan harian kehamilan

"Kemaruk" ketika hamil perdana adalah manusiawi. Semua orang punya standar masing-masing. Ada yg mengabadikan momen biar semua orang tahu, ada pula yang membekukan waktu untuk konsumsi pribadi.

Fitur Catatan Harian memungkinkan kita untuk memasukkan foto dan tulisan. Jadi semacam arsip digital yang bisa dilihat kembali kapan-kapan tanpa khawatir hilang, basah, koyak, atau lupa di mana diletakkan.

Nanti ketika si anak sudah besar bisa dikasi tunjuk. Atau ketika sang  bunda rindu masa hamil (lagi), tinggal log in dan mulai bernostalgia.

4. Tanya dokter spesialis

Ada dua macam dokter spesialis di aplikasi ini yaitu dokter spesialis kehamilan dan janin, lalu spesialis anak dan balita.

Kita bisa tanya langsung sepuasnya terkait permasalahan yg kita alami sesuai dengan bidang keahlian dokter yang kita pilih.

Pilih menu 'Tanya Sekarang' dan pilih dokter spesialisnya. Hanya gunakan fitur ini pada hari kerja Senin-Jum'at ya. Akhir pekan libur.

5. Tanya Bunda

Fitur ini memfasilitasi para bunda untuk berinteraksi satu sama lain. Mulai dari tanya jawab, berbagi pengalaman, sampai curhat.

"You are not alone"

Mengetahui dan menyadari bahwa "kita tidak sendirian" ternyata cukup membantu meredakan tingkat kecemasan dan stres yang sering dirasakan para bumil dan para bunda.

6. Pantau tumbuh kembang anak

Ketika pertama log in di Diary Bunda, kita disuguhkan 2 pilihan, apakah mau dibantu mengenai kehamilan atau dibantu perihal bayi.

Jadi setelah lahir, anak tetap bisa terus dipantau dan tumbuh kembangnya oleh bunda melalui aplikasi ini.


Maka dari itu kita bisa membandingkan tumbuh kembang si buah hati dengan standar tumbuh kembang yang sehat, bukan dengan standar tumbuh kembang anak tetangga.

Bisa disimpulkan bahwa aplikasi kehamilan Diary Bunda ini cukup membantu dalam mengawal para bunda untuk bisa cerdas dan waras ketika hamil dan pasca melahirkan melahirkan.

Kurang lebih semua yang dibutuhkan bunda di masa hamil dan tumbuh kembang anak ada dalam genggaman.

Media Sosial Diary Bunda

Diary Bunda juga bisa ditemukan di :

Instagram : @diarybundaapp

Website : Diary Bunda

Untuk mencoba aplikasi ini langsung saja unduh Aplikasi Kehamilan Diary Bunda di play store

Efek Samping Mandi Pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash

Prolog:
Apabila kamu adalah tipe mahkluk yang kulit dan mood-nya sensitif perihal melangsungkan rangkaian ritual permandian, maka kamu sebaiknya hati-hati dengan produk Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash ini. Kenapa? Karena mandi dengan sabun cair Vitalis, pelan-pelan akan meracuni dan mengikis prinsip hidupmu yang kira-kira redaksinya

"Hemat air pangkal kaya, jadi mandi sehari sekali aja"😁 
atau, 
"Mumpung di rumah aja, mandi ya sekali aja".😁

Jadi sebenarnya artikel kali ini bisa dikatakan ditujukan bagi kita; para praktisi yang cukup dan terlalu sayang sama keringat di badannya😁.

Apa saja efek samping mandi pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash?



Jangan mandi pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash kalau kamu gak mau mengalami hal ini:

Jadi rajin mandi



Percayalah, aku sudah jadi korbannya. Di kediamamku, makhluk yang paling rajin mandi selain ayam-ayam emakku, ya emakku. Sehari minimal 3 kali. Normalnya 5 kali sehari.

"Kalau soal mandi, gak adaaaklah anak Mamak yang keturunan Mamak. Kapaaanlah...",

Sambil senyum-senyum ‘helpless’, mantra penyentil ini hampir gak pernah absen terucap tiap hari kalau udah lewat jam 12 siang dan kami belum ada yang mandi.

Dan tadaa...ternyata, seorang anaknya berubah sejak negara api menyerang, eh sejak ada yang berbaik hati menghadiahi paket Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash. Yaps, that's me.

Hari pertama mencoba yang merah muda; White Glow, wanginya langsung mengingatkanku sama parfum vitalis yg di zaman-zaman kuliah dulu sempat  beberapa botol ku koleksi. (Tahulah ya kan itu mandinya sekitar jam berapa😅)

Nah, sorenya, selesai nyapu-nyapu cantik, dan lari-larian singkat dalam rangka menggiring para ternak emak kembali ke kandangnya (supaya mereka tak sempat nyolong daun ubi pagar tetangga), badan terasa agak keringatan, dan terceplos, "Ah, mandilah". Sambung emak di sebelah, "Tumben".

TernakEmak pulang petang
Dan selama sepekan kemudian, ku dapati diriku jadi mandi 2 kali sehari tanpa ada bolong-bolongnya. Dan mandinya sengaja ganti-ganti varian Vitalis-nya. Bahkan kini gak mesti tunggu harus jam 12 dulu baru mandi, dan meski sore gak keringatan ya tetep aja mandi. Sungguh sesuatu.

Mood terubah karena terhirup aroma parfumnya


Pernah baca dan agaknya tersimpan di memori jangka panjang bahwa indera yang paling sensitif adalah penciuman. Makanya aroma sesuatu lebih cepat mengingatkan kita akan hal-hal tertentu.

Dan aku agaknya adalah salah satu tipe manusia yang dianugerahi indera pembauan yang sedikit lebih sensitif dibanding para manusia di sekelilingku. Entah pun karena ini makanya beberapa orang menyebutku alergi debu. Padahal ya ku bukan tipe orang yang pembersih-pembersih amat. Yang amat pembersih itu mah, Emaknya Nua. Standar penampakan kamar amat berantakan versi Ibunya Nua adalah standar penampakan normal kamarku. Mari kita akhiri curcol ini😅.

Kembali lagi, dari 3 varian Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash, yang botolnya warna merah muda; White glow (Skin Brightening) yang mengandung Licorice dan susu untuk membantu mencerahkan kulit, di aku wanginya mengingatkan masa-masa kuliah  dulu, semacam membangkitkan memori masa lalu.


Sementara yang hijau; Fresh Dazzle (Skin Refreshing) mengandung jeruk Yuzu dan teh hijau, sesuai dengan namanya, memang buat mood terasa segar begitu.


Nah, sedangkan yang ungu; Soft Beauty (Skin Norishing) mengandung Alpukat dan Vitamin E unutk membantu menutrisi dan melembabkan kulit, di aku jadi menenangkan gitu, berasa nyaman. Si ungu ini yang paling daku suka.

Ditempeli aroma parfumnya sejam setelah mandi


Bagi kamu yang tak suka kalau abis mandi ada wangi yang mengikuti kemana-mana, jangan sampai kamu mandi pakai Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash lah pokoknya, karena wanginya bakal nempel di kulit sampai kurang lebih 1 jam kalau kamu tak keringatan.

Kalau emakku paling gak tahan ditempeli aroma solid* di kulitnya. Untuk menghilangkan bau solid yg menpel di kulit tangan, setelah pakai sabun, beliau biasanya mencuci tangannya dengan jeruk Kasturi.

(*Solid a.k.a bungkil kelapa sawit yang sudah direbus dan digiling, biasa dijadikan pakan ternak. Kalau di Aek Loba biasanya dijadikan pakan tambahan untuk lembu. Aromanya ketika baru keluar dari pabriknya, beraroma macam jagung rebus, kalau udah lebih dari 2 hari di udara terbuka, jangan ditanya aromanya, sungguh sesuatu. Karenanya juga disebut tanah belendet /e dibaca seperti pada kata betul/. Jika solid di biarkan di udara terbuka, sepekan kemudian akan menghasilkan ulat-ulat yang kami sebut belendet di sini.)

Penampakan solid yang udah digonikan :D
Nah, tadi setelah ikut jadi TKTI (Tenaga Kerja Tak bergajI) alias kerja bakti memuat solid ke dalam karung supaya tahan lama, ku iseng mencoba cuci tangan pakai sabun cair Vitalis yang ungu tanpa pakai jeruk Kasturi lagi setelahnya. Dan ternyata aroma solidnya gak tercium sama sekali, tergantikan oleh aroma parfumnya. Alhamdulilllah.


Oiya, kalau yg ungu, setelah mandi, entah kenapa di kulitku wanginya jadi ada semacam aroma-aroma baby begitu. Dan kalau tercium aromanya ku merasa bahagia 😁.


Ketagihan mandi sampai pada tingkat yang merasa bersalah kalau gak mandi


Nah, efek terakhir ini adalah yang paling berbahaya untuk para mantan praktisi mandi sehari sekali aja.

Setelah lebih dari sepekan terbiasa "rajin mandi", baru tadi ku merasakan kalau sampai gak mandi, bakalan gak enak perasaan.

Pasalnya, bakda Juhur tadi, ketika seperti biasa ku ikut melepas keberangkatan 6 ekor ternak emak untuk diangon, sebuah insiden kecil terjadi.

Ketika sedang asik berlari-lari kecil menggiring ternak berkaki empat itu, tetiba seonggok sisa batu padas mengolengkan duniaku. Dan ku pun terjerembab dengan kedua tangan dan lutut mendarat lebih dulu di bumi. 3 detik kemudian barulah terasa perih di ujung jempol kaki dan bagian tubuh lainnya yang lecet bersinggungan dengan tanah.

Batu bertuah
Sasampainya di kamar mandi, luka-luka kucuci dengan sabun. (Karena terambilnya Vitalis yang ungu, jadi ya sekalianlah cuci tangan pakai sabun cair Vitalis, baru kemudian mencuci lika-lukanya). Pertolongan pertama setelah dikeringkan ya seperti biasa kalau terluka, minyak karo. Pedddih.

Nah, pas pedih itu, terbersit di kepala "Iss...payah lah nanti mandinya. Masak ku gak mandi nanti? Gak enak laaa😐"

Lalu ku mencoba berpikir waras, "Eh, kok bisa mikir gitu yak? Dulu-dulu gak mandi sore ya gak apa-apa, ini kok..?😅 Apakah kubenar-benar sudah teracuni oleh Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash ini?”

Jadi, saudara-saudari seperdunia permandian yang budiman, jangan coba-coba mandi dengan Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash kalau tak mau jadi korban sepertiku.

Pertanyaannya, bagaimana kira-kira efeknya Vitalis Parfumed Moisturizing Body Wash pada kelompok manusia yg tak sayang sama keringatnya ya?

Epilog :

Me    : "Mak, mandi pakai apa?"
Emak: (baru keluar kamar mandi, senyum-senyum) "Mandi pakek
            sabun Tiwi yang wangi itu la"

Salam Mandi Parfum
Salam wangi😁