Dekonstruksi
Dekonstruksi. Kata ini
sedang naik daun di kisaran anggota FLP-Sumut. Pasalnya beberapa waktu lalu,
kata tersebut diperkenalkan pada kami sebagai materi diskusi oleh salah seorang
anggota angkatan IV yang sedang menghabiskan libur akademisnya dari UGM. Jarang
bahkan belum pernah mendengar kata ini, kami pun beragumen ini itu atas
penjelasan sang narasumber. Menyertakan contoh teks, kasus, bahkan hal-hal
kecil yang biasa dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Sejauh yang saya pahami,
dekonstruksi
sendiri berkaitan dengan bahasa pragmatis. Yaitu penalaran akan maksud si penulis atau pembicara oleh pembaca atau pendengar. Karena bahasa yang dituliskan atau yang diucapkan belum tentu itulah maksud sebenarnya. Selain itu, dekonstruksi juga berhubungan dengan kemampuan si pendengar atau pembaca menganalisis suatu informasi dan situasi. Memunculkan pertanyaan berantai “kenapa” pada setiap opini, dengan tujuan mencari maksud tersembunyi atau yang ditutupi oleh informasi tersebut.
sendiri berkaitan dengan bahasa pragmatis. Yaitu penalaran akan maksud si penulis atau pembicara oleh pembaca atau pendengar. Karena bahasa yang dituliskan atau yang diucapkan belum tentu itulah maksud sebenarnya. Selain itu, dekonstruksi juga berhubungan dengan kemampuan si pendengar atau pembaca menganalisis suatu informasi dan situasi. Memunculkan pertanyaan berantai “kenapa” pada setiap opini, dengan tujuan mencari maksud tersembunyi atau yang ditutupi oleh informasi tersebut.
Ditambahkan juga, bahwa
untuk mendekonstruksikan sesuatu kita dituntut untuk dapat membalikkan suatu sudut
pandang. Maka, persepsi yang dimaknai pembaca awam biasanya malah berbanding
terbalik dengan hasil dekonstruksi. Seperti halnya keramah-tamahan seseorang bisa
diartikan sebagai pencitraan belaka.
Sampai di sini salah seorang
peserta diskusi bercelutuk “Berarti dekonstruksi itu mengharuskan kita untuk
selalu su’uzon la ya?” ^_^ masuk akal juga pendapat ini.
Ya, hasil dari dekonstruksi
tidak selalu negatif kok. Kata kuncinya adalah pembalikan. Jadi jika secara
umum informasi itu dimaknai secara positif, pendekonstruksiannya biasanya
menjadi hal negatif, dan sebaliknya.
Nah, singkat cerita, diskusi
tentang dekonstruksi ini pun harus berbatas waktu. Meninggalkan sejumlah
pendapat, pertanyaan dan kesimpulan menggantung pada masing-masing peserta. Setidaknya
pada saya. Misalnya, bagaimana jika kita salah mengartikan suatu situasi, atau
bagaimana jika kita salah menangkap maksud si pembicara. Apalagi dalam bahasa
lisan, seperti perbedaan bahasa wanita dan pria, dimana wanita cenderung
berfikir kompleks sedangkan pria cenderung praktis. Dan banyak lagi.
Keesokan harinya, ada sebuah
kesempatan lagi untuk melanjutkan kembali topik ini. Kali ini dalam situasi
yang lebih santai. Sejumlah angota FLP-Sumut yang berkesempatan hadir,
berkumpul kembali di Ulee Kareng di jl.Sei Serayu.
Benar saja, selang beberapa
menit bersapa ria, kata dekonstruksi ini kembali melayang-layang di udara. Dan
diskusi pun terbuka diselingi topik-topik random.
Nah, kini saatnya saya
menyampaikan dekonstruksi saya tentang meet
up tersebut. Semoga tidak ada yang tersinggung dengan “prasangka” ini. Semoga
ini adalah prasangka yang baik. Here we
go.
Pertemuan itu bisa jadi
adalah sebagai wadah yang dimaksudkan untuk berdiskusi lebih lanjut, atau hanya
sebagai penyambung silaturahim, atau bisa juga sebagai alat untuk menyampaikan
maksud tersembunyi lainnya. Seperti sebuah konspirasi untuk memastikan sesuatu
atau menyampaikan sesuatu.
Banyak yang melandasi opini
ini. Ya, salah beberapanya adalah dari hasil pengamatan sendiri dari
waktu-waktu sebelum dan selama meet up
itu. Fragmen-fragmen makna yang berserakan yang sepertinya ingin disusun
bentuknya. (Maaf jika bahasanya dibuat seribet mungkin^_^).
Pengulangan topic yang kerap
dibahas, pengulangan dan penekanan kata yang menurut saya adalah kode yang
hanya sebagian yang tahu, sehingga meninggalkan tanda tanya pada sebagian lainnya.
Belum lagi topik-topik random yang dibahas untuk menyamarkan satu topik yang
ingin dipastikan. Hingga pada akhirnya mereka berhenti di satu titik. Saya berfikir,
sepertinya sudah cukup tarik ulurnya, sudah cukup petak umpetnya. Moment of
truth.
Dan ternyata tebakan saya
benar saudara-saudara. Ada suatu hal yang sedari tadi didiskusikan segolongan
kelompok tadi dengan mengikutsertakan seluruh yang ada. Pertanyaannya adalah,
itukah maksud utamanya?
Jika memang demikian, ada
baiknya untuk mengutarakan langsung maksud dan tujuan. Karena ada saat dimana
hal-hal yang secara umum selalu berlaku pada suatu kelompok, justru tidak
berlaku pada kelompok yang sama. Tidak semua orang mengerti suatu kode, sindiran,
dan teman-teman sejenisnya. Kalau pun
mereka mengerti kode tersebut, bukan tak mungkin jika mereka bersikap seolah
tak mengerti. Bagi mereka, ada hal-hal dimana kepastian lebih diutamakan daripada
kemungkinan yang sudah pasti. Apalagi dekonstruksi tidak bernilai mutlak. Maka perjelaslah.
There are times when to the point is the
best choice.
Jika dekonstruksi di atas
salah, maka abaikanlah dekonstruksi ini. Loh? ^_^
Wiwi (y)
ReplyDeleteIyaa😎
DeleteHehee...emang siapa yang didekonstruksikan kak? #kepo :D
ReplyDeleteSiapa ya vi...
DeleteCoba tanya sama yang si reza...dia lebih tahu sepertinya😄
kalo kata Vicky Prasetyo...dekonstruksi hati untuk cinta yang hakiki dan mengilhami.....
ReplyDeleteAhaha...tetep ya mak😄 ujung2nya cinta juga😊
DeleteDuh, meski waktu sekolah nilai bahasa bagus, tp teteup harus belajar lagih nih :)))
ReplyDeleteHehe...semangat mak✊😄
Deleteyahhhh kakak bener sepertinya memang ada yang ingin di deskontruksikan pada pertemuan tersebut :)
ReplyDeleteada konspirasi ternyata diantara kalian ya za 😎
Deletedekontruksi, apakah artinya sesimpel kosanya. de yang bertemu dengan kontruksi saat mereka sedang duduk santai, lalu de menyapa kontruksi maka jadilah dekontruksi.
ReplyDeleteBisa jadi...yoga..yoga..😄
Deletebiarkan mereka jadian aja yaa
DeleteIya..biarkan saja la😎
DeleteWaduh... berat pembahasannya ini, dekonstruksi. Aku cuma ngertinya rekonstruksi... hihihi :D
ReplyDeleteKita angkat bareng2 yok mbak molly. Biar lebih enteng 😄
Delete