Man Shabara Zhafira
Man Shabara Zhafira. Siapa bersabar akan beruntung, begitu kira-kira
artinya pepatah arab ini.
Sabar juga ada batasnya. Begitu sering kata orang.
Namun benarkah sabar ada batasnya?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya
kita mendefinisikan sabar terlebih dahulu.
Menurut aplikasi KBBI yang saya download, sabar
berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati);
tabah; tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu.
Jika kita telaah definisi sabar di atas, tidaka ada
indikator yang pasti akan batasan sabar. Seperti pada “Tidak lekas marah”.
Berapa lama waktu yang dikatakan “lekas” dan “tidak lekas”? tiap orang
mempunyai standard waktu yang berbeda untuk hal “lekas” dan “tak lekas” ini.
Bagi sebagian orang mungkin 1 jam adalah waktu yang cukup lama untuk menunggu
seseorang, namun bagi sebagian lain, waktu 1 jam adalah waktu yang masih normal
untuk menoleransi keterlambatan.
Mungkin kebanyakan kita mendefinisikan sabar sebagi
diam saja tanpa melakukan apa-apa. Menoleransi, maklum, membiarkan, menunggu,
memberi kesempaatan kedua atau mungkin memaafkan.
Misalnya ada yang ngutang tapi gak dibayar-bayar. ^_^,
sementara Anda butuh. Ditunggu-tunggu tak kian dibayarkan. Dikode-kode tak di
terge. Akhirnya jatuh masa dimana Anda menganggapnya sebagai batas kesabaran.
Lalu mulai bergerak nyata. Menagih. Ternyata ketika di tagih cuma di read doang.
^_^. Selanjutnya terserah Anda mau diapain ya.
Nah saya dulu juga setuju dengan sabar itu ada
batasnya. Namun akhir-akhir ini saya menganut paham bahwa sabar tidaklah
mempunyi batasan. Pasalnya sampai saat ini saya belum menemukan ukuran apa yang
digunakan untuk mengukur kesabaran. Jika dengan menggunakan perbandingan
manusia paling sabar di dunia, kondisi yang paling sabar yang pernah saya
lakukan belumlah ada apa-apanya.
Kalau hanya hutang yang tak kunjung dibayar, mengeluh
kala rasa sakit tak tertahankan menyerang, merasa seakan orang paling teraniaya
di dunia hanya karena disuruh mempelajari mata pelajaran yang paling tidak
disukai (padahal belajar itu menambah ilmu ya kan), atau hal lainnya yang
membuat kita mengeluh, sebandingkah dengan orang yang kehilangan seluruh
hartanya karena bencana namun tak mengeluh sedikitpun? Sebandingkah dengan
orang yang semua anaknya meninggal karena sakit namun masih ikhlas?
Sebandingkah dengan orang yang terkena penyakit kulit menahun yang membuat orang yang
melihatnya muntah seketika, namun ia masih giat beribadah pada tuhannya dari
pada memilih bunuh diri?
Masih banyak orang yang lebih teraniaya dari pada yang
kita alami namun mereka tak mengeluh sedikitpun. Maka mengeluh bukanlah suatu
pembenaran. Menegeluh hanya menyebarkan aura negative pada sekeliling si
pengeluh.
Sabar menurut versi saya adalah kita berusaha untuk
tidak teraniaya dan tidak dianaiaya. Jadi sabar bukan berarti pasrah teraniaya
tanpa melakukan apapun. Justru kita melakukan sesuatu untuk mengubahnya, sabar
pada prosesnya dan ikhlas dengan hasilnya. Jika pun hasilnya tidak seperti yang kita harapkan,
yakinlah bahwa kita akan mendapatkan yang jauh lebih baik, bahkan diluar yang
kita bayangkan.
Man Shabara Zhafira. Siapa sabar akan beruntung. Maka
kita takkan pernah tahu seberapa beruntungnya kita jika membatasi sabar itu
sendiri. Mungkin dalam menghadapi suatu situasi, kita menganggap sampai
disitulah batas kesabaran kita. Namun percayalah, tuhan tak memberikan cobaan
yang melebihi batas kemampuan kita. Jadi untuk mengetahui sampai mana batas
kemampuan, maka sabar itu tak ada batasnya.
Jadi jika ingin beruntung, bersabarlah. Dimulai dengan berhenti mengeluh. Stop whining.
Kalau Kamu, sabar itu ada batasnya gak sih?
Kalau Kamu, sabar itu ada batasnya gak sih?
0 comments:
Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄