Cerita Ramadhan: Tips dan trik Ifthar di Mesjid Aceh Sepakat
Judulnya serasa mau ikut ujian TOEFL gitu ya.
Sebenarnya ini adalah pelajaran yang saya ambil dari pengalaman pertama saya berbuka
di mesjid. Yah, pernah sih sebenarnya berbuka di mesjid. Pertama ketika acara
kampus, dan kedua acara perusahaan. Di kedua kesempatan itu saya termasuk
panitia penyelenggara. Jadi ya beda esensi dan rasanya dengan pengalaman
berbuka kali ini. That’s why I called it
my first time. Pengalaman kali ini murni memang niatnya mau berburu ifhtar
dan merasakan sensasinya.
Jadi, agenda ke Masjid Aceh Sepakat ini sudah kami
rencanakan sehari sebelumnya. Puasa ketiga, agenda utama siangnya adalah
mendiskusikan program duet kami, saya dan kak Tika (lagi, bukan diet ya. Ada
yang salah baca waktu di .... Mungkin efek puasa :D). Jadilah Siangnya kami
berdiskusi di salah satu pojok perpustakaan kota. Maksud hati sekalian
memanfaatkan Wi Fi gratis. Ah, ternyata mengharapkan yang gratis itu harus
siap-siapkan mental untuk resiko yang bernama makan hati. Yang ada jaringannya
lelet, udah gitu lompat-lompat lagi. Ah, sudahlah, akhirnya tethering juga.
Kami berdiskusi (lebih banyak gak fokusnya. Lompat sana-sini)
hingga masuk waktu Ashar. Lalu kami pun bermigrasi ke Mesjid Aceh Sepakat yang
terletak tepat di belakang perpustakaan. Tak banyak jamaah yang sholat Ashar di
sana. Paling hanya 1 shaf untuk masing-masing jamaah pria dan wanita. Itu pun tidak
penuh. Kami pun beristirahat sejenak di sana.
Kurang lebih pukul 17. 50 WIB, seorang bapak
mendatangi kami dan jemaah lain sambil mengajak kami untuk pindah ke sebelah
Mesjid untuk mengambil tempat berbuka. “Cepat
amat. Setengah jam lagi juga belum saatnya buka?!”, Kami fikir. Kami pun
tak mengacuhkan najir mesjid tadi. Sebagian orang mengikuti ajakan si Bapak
tadi. Kami pun meneruskan leyeh-leyeh di dalam mesjid. Pukul 18.10 WIB. Kami
memutuskan untuk pergi ke tempat berbuka yang dimaksud Bapak tadi.
Sesampainya di
sana, alangkah terkejutnya kami, lautan manusia telah memenuhi area tersebut. Ada
sekitar 15 bahkan 20 kali jumlah jamaah yang ikut sholat ashar tadi di tempat
itu. Semua meja sudah terhidang takjil
berupa bubur khas aceh, minuman yang berwarna pink, air mineral, teh manis panas, kurma, dan kue, lengkap dengan
pemilik jatah takjil di kursinya. Full
house. Singkat cerita, kami tak kebagian kursi lagi.
Untungnya, tak hanya kami yang berdiri-diri tak
kebagian tempat. Kian lama jumlah manusia yang senasib dengan kami kian
bertambah. Akhirnya pihak najir mesjid menginstruksikan dengan TOA-nya agar
kami memasuki gedung. Kami pun mengambil kursi masing-masing di dalam gedung. Self-service.
Para panitia bergegas membagikan takjil seadanya dan
sedapatnya. Saya salut dengan panitianya. Biar kerepotan serepot-repotnya
mereka tetap sabar dan baik hati . Kian dekat waktu berbuka, kian banyak yang
memasuki gedung tempat kami berkumpul. Jatah takjil yang didapat mereka pun
sekenanya. Bahkan ada yang cuma kebagian air mineral dan kurma saja. Yang jelas,
yang berada di dalam ruangan itu, tak seorang pun yang dapat merasakan rasanya
bubur aceh itu. Ahaha. Tapi meskipun begitu, takjil yang seadanya ini cukup
membuat kenyang untuk orang yang memiliki lambung seperti saya.
Selesai berbuka, seluruh jamaah kembali ke mesjid untuk
melaksanakan sholat maghrib. Selesai sholat maghrib, ada yang ganjil menurut
saya. Di benak saya, berhubung lagi Ramadhan, orang-orang normalnya akan lebih
melamakan waktu berdoanya dan akan ada lebih banyak yang melaksanakan rawatib. Namun
nyatanya begitu salam, jamaah berbondong-bondong keluar masjid. Paling hanya
beberapa yang tetap duduk dan melanjutkan sholat sunnah. Tak hanya jamaah pria,
pun juga wanita.
Spontan terlintas di fikiran saya, “pasti ada apa-apanya ini”. Dan ternyata
benar. Hmm.. mungkin bawaan tipe orang Fe kali ya.
Seorang ibu yang kami jumpai saat sholat ashar tadi dan
bertemu lagi saat nyari-nyari kursi, dan ketemu lagi setelah sholat magrib
menyapa. “Ayok dek, segera ke sebelah,
ntar gak kebagian tempat”. Lah? Ada sesi selanjutnya tho. Pantesaaaan.
Dan benar saja, saat kami kembali ke temat sebelah,
tempat itu kembali sudah penuh, bahkan ada yang piringnya sudah bersih alias
sudah selesai makan. Kami pun dipersilahkan masuk ke gedung oleh panitianya. Dan
jatah kami yang di dalam gedung ini lagi-lagi spesial. spesial karena pakai
piring. Spesial karena menunya adalah nasi dan Kari Aceh. Yang di luar gedung
alias yang kebagian duluan, menu mereka disajikan tidak pakai piring seperti
milik kami. Melainkan piring berbentuk segi empat, khas piring rumah sakit. Isinya
lengkap ada nasi, kari, sayur, buah, dan ikan asinnya kalau tak salah.
Awalnya saya sudah tak berminat untuk makan nasi lagi.
Berhubung masih cukup kenyang dengan takjil sebelumnya. Lagi pula kasihan juga
dengan panitianya yang kerepotan bukan main melayani para jamaah. Namun karena sudah
masuk, kami pun akhirnya memutuskan untuk kongsi saja. Sepiring berdua ni
ceritanya.
Nah, begitu suapan pertama mendarat di mulut, kami
berdua lihat-lihatan. Walau tak bersamaan, tapi komentar yang terucap sama, “Enaaaaakk”.
Rasanya suwwer enak. Dagingnya lembut. Sempat saya kira isi piring kami itu
adalah nasi dan kari ayam pada awalnya. Ternyata bukan ayam, melainkan daging. Mungkin
daging sapi. Sampai suapan terakhir, tetap enak. Dan piring kami pun bersih
mengkilap tanpa sebutir nasi pun tertinggal. Enaaak. Jadi ceritanya menyesal ni
bagi dua. Ahaha.
Pokoknya wajib kembali lagi ke Mesjid Aceh Sepakat ini
untuk menikmati takjil khasnya, Bubur Aceh, yang belum sempat tercicipi dan
porsi lengkap makan malamnya. (Catat: 1 porsi untuk 1 orang). :'D.
Nah, jadi pesan moral dari pengalaman ini adalah “Cepat
dan jangan Ngeyel”. Kalau tujuannya adalah berburu takjil dan makan malam
gratis, maka kamu harus bersegera agar kebagian tempat, takjil, dan makan malam
sesuai dengan yang kamu inginkan. Namun, biar pun harus “bersegera”, usahakan
sholatnya fokus ya. Ntar pas sholat terbayang-bayang Kari Aceh pula. Kan asem.
Karena menu ifthar dan rasanya yang unik dan enak, tak
heran jika Mesjd Aceh Sepakat ini selalu ramai dikunjungi saat waktu berbuka.
Nah, Sobat. Selain gratis, Ifthar di mesjid itu seru
lho. Jadi, Ayo berbuka di masjid. Selanjutnya, ke Mesjid mana kita? ^_^
Apa maksudnya abaikan foto itu 😒
ReplyDeleteya...abaikan saja..^_^
Deleteoh namanya masjid Aceh sepakat, kupikir sepakatnya itu kata kerja :D
ReplyDeleteIya mak Amanda... Aceh Sepakat memang nama mesjidnya😊
ReplyDeleteYang di foto itu kok tidak nampak lagi di Bumi Asri ya
ReplyDeleteWaah... Ada yg kecarian rupanya��
Delete