In Harmony Clinic: Sebuah Memori Hepatitis B
Kapan pertama kali kamu mendengar kata Hepatitis? Saya
pertama kali mendengarnya saat saya berusia 6 tahun, tepatnya ketika saya kelas
2 SD. Apakah karena saya mengidap hepatitis?
Bukan. Bukan saya. Tapi Ibu saya. Jadi saat itu Ibu saya bercerita pengalamannya di masa-masa sulit saat ia bersekolah.
Sejak kecil, ibu saya telah ditinggal oleh ibu
kandungnya alias nenek saya ketika melahirkan anak ke lima, adik ibu. Ibu
bahkan tak ingat seperti apa wajah beliau. Sepeninggal nenek, kakek saya
menikah kembali. Jadilah ibu saya memiliki ibu tiri ketika ia berusia sekitar 3
tahun.
Kian tahun, kondisi ekonomi keluarga kian sulit.
Tanggungan kakek yang mencari nafkah sebagai supir kian berat. Beliau harus menghidupi seorang istri dan
seorang anak tirinya, 5 anak dari pernikahan pertama dan 5 anak dari pernikahan
keduanya.
Masalah ekonomi ini menyebabkan sulitnya mendapatkan
pendidikan formal di sekolah. Tak terkecuali bagi ibu saya. Kata ibu, bisa
tamat SD saja sudah luar biasa bahagianya. Ibu sangat suka sekolah. Untuk
melanjutkan SMP dan SMA ibu harus membiayai pendidikannya sendiri dengan
dibantu oleh kakak-kakaknya. Jadilah ibu berjualan kue dan juga membantu
menjualkan hasil sulaman kakak-kakaknya.
Untuk “minta” uang sekolah pada kakek, ibu dan para kakaknya
tidaklah cukup berani. Kakek dianggap “seram” bahkan oleh anaka-anaknya
sendiri. Seram dalam artian pemarah. Anak-anaknya terkesan takut padanya. Untuk
minta pada ibu tiri, apalagi. Di masa itu, image ibu tiri persis seperti ibu
tiri pada film-film zaman dahulu. Beruntungnya, ibu tiri ibuku bukan tipe orang
yang ringan tangan. Namun jika ia tidak suka ia akan mengadu pada kakek. Dan setelah
itu, kakek pasti memarahi pada anak-anaknya
(baca: anak-anaknya dari istri sebelumnya). Dan kakek selalu percaya
pada istrinya.
Untuk uang jajan, jangan ditanya. Tentunya tak ada
uang jajan. Paling jika kakek sesekali memberi uang jajan. Mau minta langsung
pada kakek tidak berani, Maka, jadilah setiap jam istirahat sekolah, ibu
biasanya hanya minum air putih yang dibawa dari rumah dan membeli 2 buah
permen. Begitu setiap hari. Berlapar-lapar hingga pulang sekolah.
Hingga akhirnya ketika ibu kelas 2 SMA, ibu jatuh
sakit. Penyakitnya berhubungan dengan oragan hati. Yah, ibu terkena penyakit
kuning, alias penyakit radang hati. Hepatitis B tepatnya. Penyakit ini
disebabkan oleh virus hepatitis B.
Lagi-lagi karena masalah ekonomi, pengobatan untuk ibu
pun dilakukan seadanya. Ibu harus beristirahat total selama 3 bulan. Akhirnya mengambil
cuti sekolah. Sehingga Ibu harus mengulang pendidikannya di tahun selanjutnya. Selama
itu pula, asupan makanan dan gizinya pun mulai diperhatikan oleh kakek.
Selama proses penyembuhan, entah ide dari mana,
mungkin saran dokter, mungkin juga saran bidan dan caa pengobatan tradisional,
ibu dianjurkan untuk mengonsumsi gula merah setiap harinya. Jadi setiap hari
ibu menghisap-hisap gula merah seperti permen. Pagi, siang, maupun malam. Tak jarang
gula merah masih terkulum ketika ibu tidur. Itulah sebabnya gigi ibu mulai
keropos menjelang usia 30-an.
Entah karena gula merah, atau memang karena istrirahat
total dan pola makan sehat tadi, Ibu perlahan-lahan sembuh. Hingga bisa
bersekolah lagi dan akhirnya menamatkan SMA nya.
Ketika masa ibu bekerja, penyakit hepatitis ibu sempat
kambuh lagi. Mungkin karena kelelahan dan ditambah pola makan yang kurang
sehat. Lagi-lagi dalam proses penyembuhannya, ibu mengonsumsi gula merah.
Ibu bilang, orang yang mengalami penyakit hepatitis B,
jika penyakitnya sampai kambuh untuk ketiga kali, maka harapan bahwa orang
tersebut akan kembali sembuh sangatlah sulit. Bisa dikatakan sudah tidak ada
harapan lagi. Saya bergidik. Tak berani membayangkan macam-macam.
Nah, seingat saya, tak lama setelah ibu bercerita
mengenai pengalamannya dengan Hepatitis B, teman dekat ayah saya didiagnosa
mengidap hepatitis B. Gejala fisik yang terlihat dan terekam jelas diingatan
saya yaitu kulit tubuhnya terlihat pucat menguning, dan ulu hati yang
membengkak. Saya juga dengar bahwa Hepatitis B ternyata bisa menular melalui darah
dan cairan tubuh. Saat itu sempat terfikir oleh saya, apa mungkin saya bisa
tertular Hepatitis B karena saya mengunjungi penderitanya?
www.pinterest.com/ruthgrnd/hepatitis-a-b-c |
Kira-kira sebulan kemudian, ayah saya mengumumkan
kalau esoknya kami sekeluarga akan mengunjungi bidan desa untuk melakukan vaksinasi
Hepatitis B. Saya tidak ingat nominalnya, namun yang melekat diingatan saya
adalah bahwa harga satu botol vaksin sangat mahal. Selain itu botol vaksin yang
sudah dibuka tidak bisa bertahan lama, harus dihabiskan hai itu juga. Sehingga
untuk menghemat, ayah dan teman ayah patungan untuk membeli 1 botol. Karena 1
botol bisa digunakan untuk 2 keluarga kecil.
Proses vaksinasi ini tak cukup sekali. Saya ingat ada
jadwal beberapa kali kami divaksinasi. Setelah jadwal pertama, jadwal vaksinasi
kedua adalah sebulan kemudian Lalu jadwal vaksinasi ketiga adalah tiga bulan setelahnya.
Dan jadwal selanjutnya adalah enam bulan setelahnya. Tak hanya untuk anak-anak,
saya ingat ayah dan ibu saya juga ikut diberi vaksin.
Kini, vaksinasi hepatitis B telah termasuk dalam vaksinasi
wajib imunisasi pada bayi. Jadi vaksinasi ini diberikan ketika bayi lahi, lalu
ketika bayi berumur 1 bulan, dan selanjutnya ketika bayi berumur 3-6 bulan.
www.rrhs.org |
Penyakit Hepatitis B disebut-sebut WHO sebagi penyebab
dari 780.000 kematian di dunia tiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia,
berdasarkan Hasil Riset Kesehaan Dasar tahun 2007, 1 dari 10 penduduk Indonesia
terinfeksi Hepatitis B. Namun hanya 1 dari 5 yang sadar jika mereka terinfeksi.
Artinya, Penyakit Hepatitis B ini menjamur sedemikian rupa karena kurangnya
kesadaran masyarakat akan bahaya dari penyakit ini.
Intinya, selain karena faktor ekonomi, penyakit
Hepatitis B bisa menyebar juga dikarenakan penularannya, yaitu melalui cairan
tubuh, darah, penggunaan jarum suntik secara bergantian, penyalahgunaan narkoba,
dan pergaulan bebas. Cara penularannya kurang lebih sama dengan penularan virus
HIV. Maka untuk menghambat dan mencegah penularan lebih jauh, mari biasakan
hidup sehat dan berperilaku sehat.
Kunjungi juga In Harmony Clinic untuk informasi seputar kesehatan.
ih kok horor ya mba penyakitnya, penyebab pastinya hepatitis itu apa? apakah hanya kurang menjaga kebersihan lingkungan?
ReplyDeleteSelain virus, biasanya karena pola makan dan asupan gizi mbak :D
Delete