Me and Angkot
Tinggal di Medan namun gak pernah naik angkot? Ada. Tinggal di Medan tapi tak pernah lihat angkot? Pasti Ia tinggalnya di “medan” perang. Yang dilihat motor tank :D
Medan tanpa angkot rasanya tak mungkin. Malah Medan kerap dengan cerita angkot yang ugal-ugalan. Kebut-kebutan sesama angkot yang bernomor sama dalam mencari penumpang. Pembalap yang menguasai jalanan. Tak hanya jalan raya bahkan trotoar. Selama masih mungin untuk dilewati maka jalanan angkotlah itu.
Mungkin pernah mendengar celutukan ini, “Kalau sedang di jalan raya, hanya tuhan dan supir angkotlah yang tahu kapan angkot di depan kita akan menepi”. Di Medan, praktek pemandangan begini mah sudah biasa. Yah, benginilah memang wajah perangkotan Medan ini.
Rambu-rambu lalu lintas sering tak mampu mematuhkan para supir angkot untuk menjadi pengemudi yang baik berlalu lintas. Namun adanya polisi yang berdiri di pinggir trotoar saja akan mengubah para sopir menjadi jinak. (Sebenarnya seluruh pengendara bermotor sih :D)
Walaupun begitu, tak jarang pula karena ugal-ugalan dan kebut-kebutannya itu, saya malah jadi bisa tiba tepat waktu saat telat keluar dari rumah, tiba lebih cepat di tujuan dari pada jika naik motor, sampai juga sering jadi tak berpanas ria bermacet-macetan di jalan karena sang supir lihai meliuk di trotoar dan piawai menjajah pejalan kaki, bahkan melewati gang-gang kecil hingga mendapatkan serapah dari ibu-ibu yang sedang ngerumpi di pinggiran gang. Ah, sebagai penumpang saya juga merasa bersalah, namun ya bagaimana lagi.
Selain sensasi adrenalin saat di jalanan, angkot Medan juga menawarkan sensasi kortisol, yaitu stress. Seperti ketika sang supir mendesak-desakkan penumpang, penumpang yang seolah-olah menduduki harta karun hingga tak mau bergeser, penumpang yang merokok secara tak tahu diri (yang gak mau menelan asap rokoknya sendiri), sampai penumpang yang senang didesak-desakkan. -_-
So, siapa yang belum pernah naik angkot di Medan ini? Atau jangan-jangan kamu adalah angkoter sejati? Seperti saya yang kemana-mana pasti diantar sopir. Tiap hari ganti-ganti sopir dan kendaraannya :D
Nah, bagi kamu yang akan memulai atau sedang menjalani kehidupan sebagai angkoter Medan, ada beberapa tips untuk memaksimalkan kenyamanan saat berangkot ria versi saya.
Selain itu, jika ada penumpang yang merokok, akan lebih kecil volume asap rokoknya yang mengenai kita selama angkot berjalan.
(Posisi duduk ini tidak di rekomendasikan ketika ada ban serep).
Meskipun ingin segera namun kepala harus tetap dingin. Baiknya kita teliti sebelum menyetop angkot. Jangan terburu-buru memanggilnya. Dari jauh kita bisa perhatikan tingkat kecepatannya mendekati kita. Jika kecepatannya lambat baiknya biarkan saja. Tunggu yang selanjutnya. Namun ini hanya untuk angkot yang lalu lintasnya banyak lho ya. Jika angkot ini temasuk daftar yang langka, ya terima sajalah :D
Nah, itu dia beberapa tips ala saya yang telah malang melintang di dunia perangkoteran Medan. Semoga bermanfaat.
By the way, tulisan ini diikutsertakan untuk meramaikan #BlogContestCeritaMedan dalam rangka perayaan #5thAnniversaryCeritaMedan. Karena belum jadi-jadi buat mampir ke kantornya Cerita Medan, kali aja bisa ikutan candle light dinnernya. :D
oiya, akun IG Cerita Medan termasuk salah satu yang notifikasiya saya hidupkan. Jadi tiap kali posting akan muncul notifikasinya. Soalnya tak mau ketinggalan dengan info-info terbaru seputar Medan dan kegiatan komunitasnya :D (Sama sekali bukan kode)
So, finally, Happy 5th Anniversary Cerita Medan. Semoga semakin sukses mengembangkan sayapnya sebagai kiblat cerita tentang Medan. Dan semoga tambahan umurnya selalu memberikan tak hanya citra positif bagi kota Medan tercinta namun juga perubahan karakter masyarakat kita :D. Amin.
Jurusan mana yang merah-merah itu coba? ^_^ |
Medan tanpa angkot rasanya tak mungkin. Malah Medan kerap dengan cerita angkot yang ugal-ugalan. Kebut-kebutan sesama angkot yang bernomor sama dalam mencari penumpang. Pembalap yang menguasai jalanan. Tak hanya jalan raya bahkan trotoar. Selama masih mungin untuk dilewati maka jalanan angkotlah itu.
Mungkin pernah mendengar celutukan ini, “Kalau sedang di jalan raya, hanya tuhan dan supir angkotlah yang tahu kapan angkot di depan kita akan menepi”. Di Medan, praktek pemandangan begini mah sudah biasa. Yah, benginilah memang wajah perangkotan Medan ini.
Rambu-rambu lalu lintas sering tak mampu mematuhkan para supir angkot untuk menjadi pengemudi yang baik berlalu lintas. Namun adanya polisi yang berdiri di pinggir trotoar saja akan mengubah para sopir menjadi jinak. (Sebenarnya seluruh pengendara bermotor sih :D)
Walaupun begitu, tak jarang pula karena ugal-ugalan dan kebut-kebutannya itu, saya malah jadi bisa tiba tepat waktu saat telat keluar dari rumah, tiba lebih cepat di tujuan dari pada jika naik motor, sampai juga sering jadi tak berpanas ria bermacet-macetan di jalan karena sang supir lihai meliuk di trotoar dan piawai menjajah pejalan kaki, bahkan melewati gang-gang kecil hingga mendapatkan serapah dari ibu-ibu yang sedang ngerumpi di pinggiran gang. Ah, sebagai penumpang saya juga merasa bersalah, namun ya bagaimana lagi.
Selain sensasi adrenalin saat di jalanan, angkot Medan juga menawarkan sensasi kortisol, yaitu stress. Seperti ketika sang supir mendesak-desakkan penumpang, penumpang yang seolah-olah menduduki harta karun hingga tak mau bergeser, penumpang yang merokok secara tak tahu diri (yang gak mau menelan asap rokoknya sendiri), sampai penumpang yang senang didesak-desakkan. -_-
So, siapa yang belum pernah naik angkot di Medan ini? Atau jangan-jangan kamu adalah angkoter sejati? Seperti saya yang kemana-mana pasti diantar sopir. Tiap hari ganti-ganti sopir dan kendaraannya :D
Nah, bagi kamu yang akan memulai atau sedang menjalani kehidupan sebagai angkoter Medan, ada beberapa tips untuk memaksimalkan kenyamanan saat berangkot ria versi saya.
Ketika di dalam angkot
Duduk paling ujung
Memang tak selamanya, namun bisa dikatakan 90 % dari pengalaman saya, duduk paling ujung lebih nyaman ketimbang duduk di dekat pintu ataupun di tengah-tengah meskipun angkot sedang kosong. Karena posisi ujung membebaskan kita dari harus bergeser ketika ada penumpang lain dan angkot semakin penuh. Kita juga bisa bersandar menikmati perjalanan. Apalagi jika jarak tempuh lumayan jauh.Selain itu, jika ada penumpang yang merokok, akan lebih kecil volume asap rokoknya yang mengenai kita selama angkot berjalan.
(Posisi duduk ini tidak di rekomendasikan ketika ada ban serep).
Duduk di belakang sopir
Posisi ini juga termasuk aman dari keharusan untuk menggeser atau terpasa bergeser. Namun jika sang sopir merokok maka tidak direkomendasikan. Dan juga tidak direkomendasikan jika ada penumpang yang merokok di bangku tengah atau dekan pintu. Karena asap rokok akan menyerbu kita dengan volume yang besar. Sebaiknya duduk lebih ke belakang dan paling jauh dari si perokok. Karena saat angkot berjalan, aliran udara bergerak dari belakang ke depan bukan sebaliknya.Menghindari asap rokok dengan pendekatan frontal
Posisi duduk di atas memang bisa mengurangi volume asap yang menerpa kita. Namun untuk menghindari asap rokok dengan sebenar-benarnya, kenapa tidak mencoba pendekatan frontal. Maksudnya dengan langsung menyapa si perokok. Mungkin redaksi pengaturan ini bisa dicoba. “Maaf bang, bisa tolong rokoknya dimatikan? Saya ada gangguan pernafasan. Maaf ya Bang. Gak apa kan Bang”. Disampaikan dengan intonasi lambat dengan wajah senyum manis. “Makasih banyak Bang”. Insyaallah berhasil deh :DLetakkan tas di samping
Kebanyakan penumpang akan meletakkan tasnya di pangkuan atau memeluk tasnya ketika duduk. Saya biasanya meletakkan tas di samping terutama ketika duduk di belakang supir. Tujuannya sih untuk menghindari penumpang yang suka didesak-deakkan. Karena biasanya kecendrugan penumpang pria lebih tinggi untuk mengambi posisi duduk di ujung belakang, dekat pintu dan di belakang sopir.Ketika menunggu angkot
Nunggu angkot gak harus di Halte ^_^ |
Hindari genangan air
Jauh-jauhlah dari genangan air baik banyak ataupun hanya sedikit saat menunggu angkot. Bukan tak jarang ada angkot yang mungkin sedang ngebut ataupun sedang iseng atau tak sengaja melewati genangan air sehingga akan kita terkena cipratannya. Apalagi jika keadaan sedang atau baru saja hujan. Beware of water.Teliti memilih
Ketika sedang atau bakal telat, tak jarang angkot yang muncul lebih dahulu akan kita serbu. Nah, ketika kita sedang butuh angkot yang cepat (baca: ugal-ugalan) eh, kita malah terjebak dalam angkot berkecepatan siput. Kortisol pun merajalela, karena pikiran stress.Meskipun ingin segera namun kepala harus tetap dingin. Baiknya kita teliti sebelum menyetop angkot. Jangan terburu-buru memanggilnya. Dari jauh kita bisa perhatikan tingkat kecepatannya mendekati kita. Jika kecepatannya lambat baiknya biarkan saja. Tunggu yang selanjutnya. Namun ini hanya untuk angkot yang lalu lintasnya banyak lho ya. Jika angkot ini temasuk daftar yang langka, ya terima sajalah :D
Say No
Mengatakan tidak sering kali sulit. Namun jika berniat tidak menyesal kemudian, mengatakan tidak adalah solusinya. Bayak supir yang akan menghentikan angkotnya ketika kita menyetopnya, tapi di dalamnya ternyata sudah penuh, bahkan mungkin berdesakan. Jika tak ingin menyesal, tanyakan pada penumpangnya “Masih bisa, Bu?” Jangan tanya pada supirnya. Kalau Si ibu kelihatan bersungut-sungut, baiknya tunggu yang berikutnya.Nah, itu dia beberapa tips ala saya yang telah malang melintang di dunia perangkoteran Medan. Semoga bermanfaat.
wall art nya keren ^_^ |
oiya, akun IG Cerita Medan termasuk salah satu yang notifikasiya saya hidupkan. Jadi tiap kali posting akan muncul notifikasinya. Soalnya tak mau ketinggalan dengan info-info terbaru seputar Medan dan kegiatan komunitasnya :D (Sama sekali bukan kode)
Lomba menghitung: Cokelatnya ada berapa potong? |
Yang belum ikutan, yuk ramaikan salah satu event Medan yang kece ini. Kali aja bisa ketemuan pada Candle Light Dinner nya Cerita Medan :D
Asik nih bahas angkot :D. Pas kuliah di Bandung aku lincah naik-turun angkot, tapi pas balik Medan malah ngga ngerti samasekali rute-rute angkot. Hahahaha... parah :p
ReplyDeletemollyta(dot)com
Aha..beda pastinya la kak Molly...
DeleteWaktu di sana starusnya masih mahasiswa. Sampai di Medan dah jadi Istri.. Jadi angkot agak2 ada dipilihan keberapa gitu😀
ahhahaha angkot oh angkot..kadang kangen juga naek angkot :D
ReplyDeleteSesekali boleh la agak dilepaskan la rindunya😊😊
Deleteahhh... komplit kali isi tulisannya.. :D
ReplyDeleteAh...akhirnya...hai...sesama angkoter Medan 😊
Deletekalo bulan puasa dulu, pas kuliah di kampus ygg jaraknya jauh dari rumah, merdeka lah ngantuk-ngantuk di angkot, kalo bawa motor sendiri apa gak udah terkapar di trotoar ahaha
ReplyDeleteKira2 lebih aman nek angkot malam2 atau nek kreta tanpa sim? Wkkk
DeleteKalau notifikasi @ceritamedancom aktif, coba latihan bubuhkan komentar yooooo
ReplyDeleteSiap...Meluncuuur... :D
Delete