Me and Manusia Dewasa
Terkadang manusia lupa telah pernah mengalami dan menjalani suatu peristiwa. Ada yang langsung tersadar ia mengulang masa lalu, ada juga yang menganggapnya déjà vu.
Namun, semakin dewasanya manusia, ia akan lebih berpkir dan menimbang nilai suatu rasa. Ia yang awalnya lebih memilih pada kuantitas mulai beralih pada kualitas. Ia yang dulunya amat pehhitungan dengan yang sedikit, berevolusi menjadi lebih mengutamakan kenyamanan meskin harus sedikit berkorban.
Di lain sisi, mereka yang memulai untuk membangun suatu usaha menjunjung tinggi kualitas yang mereka miliki. Bermaksud untuk menjerat pelanggan berloyalitas tinggi. Dan dari mulut ke mulut, keharuman imagenya terbangun. Hingga bertemulah mereka dengan mereka yang telah berlabel dewasa tadi.
Namun sifat alami manusia yang yang selalu berduet dengan nafsu, tak jarang partner duetnya yang mendominasi. Apalagi ketika ia terlena dengan segala kemudahan dan nikmat yang ia dapat.
Karena nama yang telah ia sandang, kadang timbul sedikit rasa cumawa. Hingga sekali tercermin dari perbuatannya. Yah, ia mengendurkan standard yang ia punya, dengan harapan bahwa para pelanggannya tak akan menyadarinya. Atau kalaupun ada yang menyadarinya, hal itu takkan berpengaruh pada pendapatannya. Toh ia sudah punya nama. Yang lain takkan percaya.
Di lain sisi, mereka yang memulai untuk membangun suatu usaha menjunjung tinggi kualitas yang mereka miliki. Bermaksud untuk menjerat pelanggan berloyalitas tinggi. Dan dari mulut ke mulut, keharuman imagenya terbangun. Hingga bertemulah mereka dengan mereka yang telah berlabel dewasa tadi.
Namun sifat alami manusia yang yang selalu berduet dengan nafsu, tak jarang partner duetnya yang mendominasi. Apalagi ketika ia terlena dengan segala kemudahan dan nikmat yang ia dapat.
Karena nama yang telah ia sandang, kadang timbul sedikit rasa cumawa. Hingga sekali tercermin dari perbuatannya. Yah, ia mengendurkan standard yang ia punya, dengan harapan bahwa para pelanggannya tak akan menyadarinya. Atau kalaupun ada yang menyadarinya, hal itu takkan berpengaruh pada pendapatannya. Toh ia sudah punya nama. Yang lain takkan percaya.
Manusia Dewasa itu Kamu? |
Yang ia lupa adalah Ia dulu juga pernah berada pada posisi sebalikknya. Dia mana ia akan lari dan berikrar takakan pernah kembali lagi. Ia lakukan hal itu ketika ia berlabel sebagai manusia dewasa. Dan entah ia lupa atau tak ingat atau malah tak sadar lagi bahwa pelanggannya adalah para manusia dewasa.
Ia mungkin belum menyadari apa yang terjadi. Karena para pelanggan terus saja berdatangan. Yang ia tak tahu adalah mereka yang datang kebanyakan adalah bukan mereka yang datang kembali. Mereka adalah para pendatang baru yang mengenalnya karena nama dan reputasinya.
Ia masih belum tahu bahwa mereka ini tak kan pernah naik kelas menjadi pelanggan tetapnya. Ia masih belum sadar bahwa ia telah kehilangan para pelanggan setianya. Pelanggan setia yang telah ia buat kecewa. Ya, mereka adalah para manusia dewasa yang membutanya punya nama.
Ia mungkin belum menyadari apa yang terjadi. Karena para pelanggan terus saja berdatangan. Yang ia tak tahu adalah mereka yang datang kebanyakan adalah bukan mereka yang datang kembali. Mereka adalah para pendatang baru yang mengenalnya karena nama dan reputasinya.
Ia masih belum tahu bahwa mereka ini tak kan pernah naik kelas menjadi pelanggan tetapnya. Ia masih belum sadar bahwa ia telah kehilangan para pelanggan setianya. Pelanggan setia yang telah ia buat kecewa. Ya, mereka adalah para manusia dewasa yang membutanya punya nama.
Pingin tahu gimana rasa cumawa itu? Itu cocok untuk jenis manusia dewasa atau bukan ya?
ReplyDeleteCumawa ituu.....cak cek KBBI 😀😄
Delete