Jalan-jalan ke Nurul Hayat
Emangnya Nurul Hayat itu tempat rekreasi ya?
Gak ada juga yang bilang kan kalau jalan-jalan itu harus ke tempat rekreasi ataupun tempat wisata?
Nah, jalan-jalan kali ini begitu spesial karena akhirnya saya jadi juga menyambangi tempat ini, Yayasan Nurul Hayat Medan.
Nurul Hayat merupakan sebuah yayasan yang bergerak dibidang zakat, sedekah dan aqiqah. (Setahu saya ya). Nah, jadi kalau mau bayar zakat, mau jadi donatur, atau mau mengaqiqahkan anak, bisa banget melalui Nurul Hayat. Info lengkapnya bisa langsung saja ke bagian humasnya ya. :D
Nah, jadi balik lagi ke cerita kita. Jalan-jalan ke nurul Hayat ini bukan dalam rangka ingin jadi donatur sih. Lebih tepatnya karena wifi nya. Lah?
Jadi ceritanya, bebrapa waktu lalu, si Reza ngajakin buat diskusi kecil mau bahas-bahas blog katanya. Lalu dia menawarkan lantai 2 Nurul Hayat (NH) sebagai tempatnya berhubung akses wifi-nya kencang.
Akhirnya beberapa FLPers yang bisa hadir ada Ririn, Fitrah, Reza dan saya sendiri.
Maka, kemarin, sabtu 12 November, jadilah kunjungan perdana saya ke NH itu pun diwujudkan.
Cuaca tak begitu panas dengan di sebagian langit cerah meskipun sdi sebagian lain awan mengandung mendung. Sekitar jam 1 siang saya pun berangkat dengan supir dan BK kendaraan yang berbeda dengan yang kemarin. Yups, karena kali ini saya naik angkot bernomor 46 yang akan melewati jalan setia budi. FYI, NH berlokasi di Jl. Ringroad yang tak ada angkot melintas di sana. Jadi sudah diantisaipasi kalau saya akan harus naik angkot dua kali dan pastinya akan pakai acara jalan kaki lagi menuju NH. :D
By the way, sebelumnya saya belum pernah benar-benar mengunjungi tempat yang berlokasi di Jl. Ringroad ini dengan sengaja dan sendiri pula, karena biasanya jika ke daerah ini, kalau tak dibonceng ya diberi tumpangan (sama aja kali ya bahasanya). Nah, jadi sebelum berangkat nge-google map dulu. Mencari jalanan terdekat dari lokasi yang dilewati angkot. Dan kelihatanlah ada Jl. Bunga Asoka.
Sebelumnya saya pernah punya riwayat sejarah dengan Jl. Bunga Asoka ini. apalagi kalau bukan sejarah kesasar yang disasarkan secara tidak sengaja oleh sang penunjuk jalan. Tak lain dan tak bukan sang penunjuk jalan itua adalah Kyo.
Waktu itu, sekitar sebulan lalu, kami terpilih sebagai peserta TFT Internet Baik dari Telkomsel. Lokasi TFT di LPMP di jl. Bunga Raya. Nah, Bagaimana tidak percaya, karena waktu itu si Kyo meyakinkan sekali ucapannya bahwa angkot 67 lewat depan LPMP. Jadilah saya menaiki si 67 dan sukses disasarkan hingga ke hampir ke pinang baris. Dan saya ingat sekali angkot 67 ini melintas di jalan Bunga Asoka. Ah, ternyata ini salah satu hikmah kesasar :D
Jadi setelah turun dari angkot 46 di depan Mawar Setia Budi, saya pun menunggu si 67. Ternyata Ririn dan Fitrah sudah sampai di NH. Kalau Reza gak usah ditanya. Telat? Ya enggak mungkin la, secara dia tiap hari ngetem di sana sedari pagi. :D
Si 67 pun tiba, dan saya pun naik. Memasuki jl. Bunga Asoka, ada panggilan masuk.
“Dimana, Kak?”
“Di Bunga Asoka. Ada yang bisa jeputkah?”
“Tenang Kak, ini kami gerak ke sana”
Assek, gak jadi jalan kaki :D.
Lima menit kemudian muncul Ririn. Loh, perasaan tadi pakai kata “kami” . Oh ternyata Reza muncul di belakangnya .
Berasa tuan putri. Yang jeput mesti dua kereta. Aha. Bukan kok. Ternyata mau sekalian beli bakso. Lebih tepatnya dibelikan dan dibayarkan. Alias ditraktir. Yeay.
Nurul Hayat merupakan sebuah yayasan yang bergerak dibidang zakat, sedekah dan aqiqah. (Setahu saya ya). Nah, jadi kalau mau bayar zakat, mau jadi donatur, atau mau mengaqiqahkan anak, bisa banget melalui Nurul Hayat. Info lengkapnya bisa langsung saja ke bagian humasnya ya. :D
Nah, jadi balik lagi ke cerita kita. Jalan-jalan ke nurul Hayat ini bukan dalam rangka ingin jadi donatur sih. Lebih tepatnya karena wifi nya. Lah?
Jadi ceritanya, bebrapa waktu lalu, si Reza ngajakin buat diskusi kecil mau bahas-bahas blog katanya. Lalu dia menawarkan lantai 2 Nurul Hayat (NH) sebagai tempatnya berhubung akses wifi-nya kencang.
Akhirnya beberapa FLPers yang bisa hadir ada Ririn, Fitrah, Reza dan saya sendiri.
Maka, kemarin, sabtu 12 November, jadilah kunjungan perdana saya ke NH itu pun diwujudkan.
Cuaca tak begitu panas dengan di sebagian langit cerah meskipun sdi sebagian lain awan mengandung mendung. Sekitar jam 1 siang saya pun berangkat dengan supir dan BK kendaraan yang berbeda dengan yang kemarin. Yups, karena kali ini saya naik angkot bernomor 46 yang akan melewati jalan setia budi. FYI, NH berlokasi di Jl. Ringroad yang tak ada angkot melintas di sana. Jadi sudah diantisaipasi kalau saya akan harus naik angkot dua kali dan pastinya akan pakai acara jalan kaki lagi menuju NH. :D
By the way, sebelumnya saya belum pernah benar-benar mengunjungi tempat yang berlokasi di Jl. Ringroad ini dengan sengaja dan sendiri pula, karena biasanya jika ke daerah ini, kalau tak dibonceng ya diberi tumpangan (sama aja kali ya bahasanya). Nah, jadi sebelum berangkat nge-google map dulu. Mencari jalanan terdekat dari lokasi yang dilewati angkot. Dan kelihatanlah ada Jl. Bunga Asoka.
Sebelumnya saya pernah punya riwayat sejarah dengan Jl. Bunga Asoka ini. apalagi kalau bukan sejarah kesasar yang disasarkan secara tidak sengaja oleh sang penunjuk jalan. Tak lain dan tak bukan sang penunjuk jalan itua adalah Kyo.
Waktu itu, sekitar sebulan lalu, kami terpilih sebagai peserta TFT Internet Baik dari Telkomsel. Lokasi TFT di LPMP di jl. Bunga Raya. Nah, Bagaimana tidak percaya, karena waktu itu si Kyo meyakinkan sekali ucapannya bahwa angkot 67 lewat depan LPMP. Jadilah saya menaiki si 67 dan sukses disasarkan hingga ke hampir ke pinang baris. Dan saya ingat sekali angkot 67 ini melintas di jalan Bunga Asoka. Ah, ternyata ini salah satu hikmah kesasar :D
Jadi setelah turun dari angkot 46 di depan Mawar Setia Budi, saya pun menunggu si 67. Ternyata Ririn dan Fitrah sudah sampai di NH. Kalau Reza gak usah ditanya. Telat? Ya enggak mungkin la, secara dia tiap hari ngetem di sana sedari pagi. :D
Si 67 pun tiba, dan saya pun naik. Memasuki jl. Bunga Asoka, ada panggilan masuk.
“Dimana, Kak?”
“Di Bunga Asoka. Ada yang bisa jeputkah?”
“Tenang Kak, ini kami gerak ke sana”
Assek, gak jadi jalan kaki :D.
Lima menit kemudian muncul Ririn. Loh, perasaan tadi pakai kata “kami” . Oh ternyata Reza muncul di belakangnya .
Berasa tuan putri. Yang jeput mesti dua kereta. Aha. Bukan kok. Ternyata mau sekalian beli bakso. Lebih tepatnya dibelikan dan dibayarkan. Alias ditraktir. Yeay.
Menunya banyyaaak :D |
Jadilah kami singgah dulu ke Bakso Urat ADS (Asli Dari Solo) di jl. Bunga Asoka. Menunya tak hanya bakso, ada banyak menu lain seperti ayam penyet, tom yam, nasi goreng, capcay, gurami asam manis, kentang goreng, nasi goreng dll. Kalau kata abang-abang pramusajinya, rekomendasi menu utama yang dikedepankan adalah baksonya.
Tapi ya dasar tipe yang setia ini, kalau ke warung bakso manapun, walau katanya baksonya yang recommended, selagi ada menu mie ayam bakso, tetap mie ayam bakso yang dipesan. :D
“Bungkus ya, Bang”.
Dan memang meskipun tanpa bilang dipisahkan kuah dan mie nya, ternyata cara mengemasnya memang begitu, selalu di pisahkan antara mie, kuah, dan pernak-perniknya.
Lalu akhirnya kami (tepatnya SAYA) pun tiba di NH. Jadi ini toh tempatnya. Waktu pintunya dibuka dan saya masuk, aura keademannya menyergap. Adem AC nya :D. Tapi emang beneran adem kok.
“Kami ijin merusuh ya bang” Gumam saya sambil menaiki tangga ke lantai dua. Di sana ada Fitrah yang telah menggelar lapak dengan nyamannya. Begitu tiba langsung ambil mangkok. Yuhu, kamu lapar, kecuali Ririn yang sudah makan siang. Namun apa daya ketika alam bawah sadar generasi ini memang telah tersugesti; meski lapar, pamer tetap harus dikeduluankan. Ups, hanya pamer di grup saja, yang katanya no pics means hoax. Ampuni kami ya Rabb.
Kalau gak terkontaminasi efek pamer gak akan ada foto ini |
Sembari makan, diskusi-diskusi kecil yang lompat-lompat pun berjalan.
Di lantai 2 NH ini, bisa dikatakan fasilitasnya untuk kami cukup lengkap. Wifi ada, ruangan lumayan luas, ada kamar mandi, ada perlengkapan masak, adem (padahal gak ada AC nya, hanya sebatang kipas angin), dan nyaman pastinya. Kurang apa lagi coba.
“Enak juga ni keknya kalau dijadikan sekret” Celutuk Fitrah.
Wedeee, baru dikasih wifi gratis sekali, trus mau ngasi proposal buat minta lapak.
“Itu namanya, dikasi wifi mintak sekret. Gak sopan” kata Ririn.
Selesai makan, bahasan mulai lebih fokus seputar blog. Sementara Ririn yang tak ikut makan sudah lebih dulu tenggelam pada deadline mendesainnya untuk flyer pengumuman grup tetangga. Sengaja tak diperjelas karena agak mengandung rahasia yang diketahui segelintir pihak. (Apasih).
Berdasarkan yang diajari oleh mentor ngeblog saya, yaitu Rudi Hartoyo, katanya pertama-tama pastikan domain blog itu mudah diingat, simpel dan gak ribet. Seperti saya dulu yang saya sendiri saja pun tak jarang terkilir lidah dan saraf otaknya untuk menyebutkan dan mengingat domain sendiri (hello-dr-owl.blogspot.com, ribet kan ya). Atau mau keren-kerenan pakai huruf besar huruf kecil atau berencana hurufnya diganti pakai anga-angka gitu, misalnya mangga.com jadi m4n99a.com. Aiiiii, gak usah deh. Bukannya keren, itu mah alay bin njelimet bin susah diingat.
Atau opsi lain dengan menggunakan nama sendiri. Oiya, sebaiknya semua nama akun sosmednya juga sama, jadi mudah diingat orang. Misalnya seperti punya saya, Nama akun Facebook: Pertiwi Soraya, twitter: @pertiwi_soraya, Instagram: @pertiwi_soraya dan blog: pertiwisoraya.com
Nah, setelah selesai dengan nama domain, selanjutnya cari dahulu template blog yang kamu suka. Template-nya wajib SEO friendly dan responsive. Ada 2 rekomendasi yang saya ingat, yaitu template dari Arlina Desain dan Mas Sugeng. Cari aja di Google.
Kalau sudah ketemu template yang nyaman, lanjutkan dengan edit templatenya. Buang aja fitur-fitur yang gak perlu seperti label, kalender, de el el yang sebenarnya hanya membuat penuh tampilan dan memberatkan blog saja.
Itu saja sih sebenarnya yang kami bahas kemarin.selanjutnya praktek deh.
Sekitar jam 5 Ririn pamit duluan karena ada yang mau dikejutkan, eh, maksudnya ada yang mau ditemui buat diberi kejutan. Saya termasuk yang suka untuk memberi kejutan, tapi kalau yang berhubungan dengan ultah, saya sudah memutuskan untuk pensiun muda :D. Gak mau ikutan dan gak mau ikut-ikutan. Gomennasai.
Diskusi dan workshop bertiga ini pun kami lanjutkan hingga selesai sholat magrib. Padahal hanya ganti template dan mengedit beberapa bagiannya saja sih, tapi sampai segitu lamanya. Mungkin pengaruh wifi yang bisa dibilang tak selancar yang kami bayangkan. Ternyata memang benar sih, kecepatan yang dilantai 2 jauh lebih lambat dibandingkan di lantai 1. Buktinya setelah magrib ketika kami semua di lantai 1 akses wifinya bisa dikatakan 3-4 kali lebih cepat. Berarti kami yang salah setting tempat. :D
Menjelang setengah delapan, kami pun beranjak pulang. Tapi ternyata saya masih belum diijinkan untuk pulang. Fitrah lalu diantarkan Mbak Marni hingga ke jalur yang ada angkot menuju Tanjung Morawa, sedang saya akhirnya resmi diculik NH untuk ikut serta undangan walimahan salah satu donatur NH ke Mabar. Aiii, jauh nian.
Setelah kembali dari mengantar Fitrah, Mbak Marni pun dengan senang hati membonceng saya. Jadilah kami berempat, Mbak Marni, Saya, Reza, dan Abang-abang yang saya tak yakin siapa namanya, berparade menuju Mabar. Sepanjang jalan saya ingat, sejak dari NH, Ringroad, hingga ke Mabar, jalanan kami adalah jalan yang lurus. Maksudnya tak ada belok-beloknya.:D Terus saja. Dan itu jauuuhhh. Barulah kami berbelok kanan ketika di simpang Kayu Putih. Dan gak ada pakai acara kesasar, padahal belum pernah ada yang ke rumah yang punya hajatan. Alhamdulillah.
Tiba di lokasi pesta, setelah mengisi buku tamu, kami bukannya mengambil piring, tapi langsung menuju kedua mempelai, salaman. Padahal waktu itu pengantinnya sedang diarahgayakan sama fotografernya. Tapi kami berhasil curi waktunya di sela-sela fotografernya mondar-mandir. Setelah itu barulah kami makan. Dan siap makan pulang :D Mengingat sudah malam dan perjalanan pulang masih jauuh.
Perjalanan pulang tak selurus perjalanan pergi. Kami berbelok beberapa kali. Melewati jalan Krakatau, Cemara lalu Pancing. Nah ternyata jalur cemara-pancing diambil karena dua lelaki teman seperjalanan kami ini akan mampir menghadiri pengajian di salah satu masjid di Jl. Bhayangkara yang katanya dimulai jam 10. Waa keren juga mereka ini, malam mingguannya pengajian. :D
Nah, tinggallah saya dan Mbak Marni. Beliau tinggal di Mandala. Tapi berbaik hati mengantarkan saya ke Hm. Yamin. Yeay. Jadi dari Pancing kami mengambil jalur Jl. Gurilla – Sentosa Baru – M. Yakub – Umar Ibrahim – Hm. Yamin. Dan taraa...sampailah saya di depan gang.
Sebuah jalan-jalan Sabtu yang luar biasa bagi saya. Tersadarkan oleh hikmah nyasar, hikmah silaturahim yang kadang terlupakan, nikmat berbagi sesuatu yang kita anggap biasa namun ternyata bermanfaat buat orang lain sehingga sering diabaikan untuk tak dilakukan, rejeki yang tak disangka-sangka dari mana datangnya, dan kemudahan-kemudahan yang sering lupa untuk disukuri. Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimus shalihat.
Terima kasih banyak-banyak Mbak Marni, untuk tumpangan yang nyaman dan diantarkan pula lagi. Terima kasih banyak-banyak juga Reza untuk traktirannya, dan terimakasih banyak-banyak juga buat Abang yang saya tak yakin siapa namanya. Semoga kalian dilimpahkan kesehatan, kemudahan rezeki, dan disegerakan jodohnya. Khusus buat Reza, redaksi yang ketiga diubah menjadi semoga dihilangkan galau-galau meilih calaon istri yang akan diproses itu biar tak lama-lama dan tak ada acara gantung-menggantung. Amin.
Di lantai 2 NH ini, bisa dikatakan fasilitasnya untuk kami cukup lengkap. Wifi ada, ruangan lumayan luas, ada kamar mandi, ada perlengkapan masak, adem (padahal gak ada AC nya, hanya sebatang kipas angin), dan nyaman pastinya. Kurang apa lagi coba.
“Enak juga ni keknya kalau dijadikan sekret” Celutuk Fitrah.
Wedeee, baru dikasih wifi gratis sekali, trus mau ngasi proposal buat minta lapak.
“Itu namanya, dikasi wifi mintak sekret. Gak sopan” kata Ririn.
Selesai makan, bahasan mulai lebih fokus seputar blog. Sementara Ririn yang tak ikut makan sudah lebih dulu tenggelam pada deadline mendesainnya untuk flyer pengumuman grup tetangga. Sengaja tak diperjelas karena agak mengandung rahasia yang diketahui segelintir pihak. (Apasih).
Berdasarkan yang diajari oleh mentor ngeblog saya, yaitu Rudi Hartoyo, katanya pertama-tama pastikan domain blog itu mudah diingat, simpel dan gak ribet. Seperti saya dulu yang saya sendiri saja pun tak jarang terkilir lidah dan saraf otaknya untuk menyebutkan dan mengingat domain sendiri (hello-dr-owl.blogspot.com, ribet kan ya). Atau mau keren-kerenan pakai huruf besar huruf kecil atau berencana hurufnya diganti pakai anga-angka gitu, misalnya mangga.com jadi m4n99a.com. Aiiiii, gak usah deh. Bukannya keren, itu mah alay bin njelimet bin susah diingat.
Atau opsi lain dengan menggunakan nama sendiri. Oiya, sebaiknya semua nama akun sosmednya juga sama, jadi mudah diingat orang. Misalnya seperti punya saya, Nama akun Facebook: Pertiwi Soraya, twitter: @pertiwi_soraya, Instagram: @pertiwi_soraya dan blog: pertiwisoraya.com
Nah, setelah selesai dengan nama domain, selanjutnya cari dahulu template blog yang kamu suka. Template-nya wajib SEO friendly dan responsive. Ada 2 rekomendasi yang saya ingat, yaitu template dari Arlina Desain dan Mas Sugeng. Cari aja di Google.
Kalau sudah ketemu template yang nyaman, lanjutkan dengan edit templatenya. Buang aja fitur-fitur yang gak perlu seperti label, kalender, de el el yang sebenarnya hanya membuat penuh tampilan dan memberatkan blog saja.
Itu saja sih sebenarnya yang kami bahas kemarin.selanjutnya praktek deh.
Sekitar jam 5 Ririn pamit duluan karena ada yang mau dikejutkan, eh, maksudnya ada yang mau ditemui buat diberi kejutan. Saya termasuk yang suka untuk memberi kejutan, tapi kalau yang berhubungan dengan ultah, saya sudah memutuskan untuk pensiun muda :D. Gak mau ikutan dan gak mau ikut-ikutan. Gomennasai.
Diskusi dan workshop bertiga ini pun kami lanjutkan hingga selesai sholat magrib. Padahal hanya ganti template dan mengedit beberapa bagiannya saja sih, tapi sampai segitu lamanya. Mungkin pengaruh wifi yang bisa dibilang tak selancar yang kami bayangkan. Ternyata memang benar sih, kecepatan yang dilantai 2 jauh lebih lambat dibandingkan di lantai 1. Buktinya setelah magrib ketika kami semua di lantai 1 akses wifinya bisa dikatakan 3-4 kali lebih cepat. Berarti kami yang salah setting tempat. :D
Menjelang setengah delapan, kami pun beranjak pulang. Tapi ternyata saya masih belum diijinkan untuk pulang. Fitrah lalu diantarkan Mbak Marni hingga ke jalur yang ada angkot menuju Tanjung Morawa, sedang saya akhirnya resmi diculik NH untuk ikut serta undangan walimahan salah satu donatur NH ke Mabar. Aiii, jauh nian.
Setelah kembali dari mengantar Fitrah, Mbak Marni pun dengan senang hati membonceng saya. Jadilah kami berempat, Mbak Marni, Saya, Reza, dan Abang-abang yang saya tak yakin siapa namanya, berparade menuju Mabar. Sepanjang jalan saya ingat, sejak dari NH, Ringroad, hingga ke Mabar, jalanan kami adalah jalan yang lurus. Maksudnya tak ada belok-beloknya.:D Terus saja. Dan itu jauuuhhh. Barulah kami berbelok kanan ketika di simpang Kayu Putih. Dan gak ada pakai acara kesasar, padahal belum pernah ada yang ke rumah yang punya hajatan. Alhamdulillah.
Tiba di lokasi pesta, setelah mengisi buku tamu, kami bukannya mengambil piring, tapi langsung menuju kedua mempelai, salaman. Padahal waktu itu pengantinnya sedang diarahgayakan sama fotografernya. Tapi kami berhasil curi waktunya di sela-sela fotografernya mondar-mandir. Setelah itu barulah kami makan. Dan siap makan pulang :D Mengingat sudah malam dan perjalanan pulang masih jauuh.
Perjalanan pulang tak selurus perjalanan pergi. Kami berbelok beberapa kali. Melewati jalan Krakatau, Cemara lalu Pancing. Nah ternyata jalur cemara-pancing diambil karena dua lelaki teman seperjalanan kami ini akan mampir menghadiri pengajian di salah satu masjid di Jl. Bhayangkara yang katanya dimulai jam 10. Waa keren juga mereka ini, malam mingguannya pengajian. :D
Nah, tinggallah saya dan Mbak Marni. Beliau tinggal di Mandala. Tapi berbaik hati mengantarkan saya ke Hm. Yamin. Yeay. Jadi dari Pancing kami mengambil jalur Jl. Gurilla – Sentosa Baru – M. Yakub – Umar Ibrahim – Hm. Yamin. Dan taraa...sampailah saya di depan gang.
Sebuah jalan-jalan Sabtu yang luar biasa bagi saya. Tersadarkan oleh hikmah nyasar, hikmah silaturahim yang kadang terlupakan, nikmat berbagi sesuatu yang kita anggap biasa namun ternyata bermanfaat buat orang lain sehingga sering diabaikan untuk tak dilakukan, rejeki yang tak disangka-sangka dari mana datangnya, dan kemudahan-kemudahan yang sering lupa untuk disukuri. Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimus shalihat.
Terima kasih banyak-banyak Mbak Marni, untuk tumpangan yang nyaman dan diantarkan pula lagi. Terima kasih banyak-banyak juga Reza untuk traktirannya, dan terimakasih banyak-banyak juga buat Abang yang saya tak yakin siapa namanya. Semoga kalian dilimpahkan kesehatan, kemudahan rezeki, dan disegerakan jodohnya. Khusus buat Reza, redaksi yang ketiga diubah menjadi semoga dihilangkan galau-galau meilih calaon istri yang akan diproses itu biar tak lama-lama dan tak ada acara gantung-menggantung. Amin.
Keren perjalananya di tulis, enak bacanya. Tapi akhir tulisannya tega nian
ReplyDeleteAnggap motovasi :D
Delete