Cerita Alergi, Obat Absurd Tapi Ampuh

5:33 pm Pertiwi Soraya 1 Comments

"Selain berkonsultasi pada dokter, cara paling ampuh untuk mengobati kutu air membandel adalah dengan bertanya pada para veteran 'survival' kutu air." Kata siapa? Kataku.


Sebagai salah satu penyumbang populasi pemilik kulit sensitif dan pengidap hay fever alias rhinitis alergi, hidupku tak jauh-jauh dari masalah kulit sensitif, pilah-pilih seabrek produk perawatan kulit yang susaaah banget cocoknya, dan juga indera penciuman yang terbilang cukup unik.

Hay fever atau rhinitis alergi adalah peradangan yang terjadi di rongga hidung akibat reaksi alergi. Gejalanya dapat berupa bersin-bersin, hidung gatal atau tersumbat, ruam di kulit, mata merah dan berair, sakit tenggorokan maupun tenggorokan gatal dan batuk. 

Walau kondisi kulitku tak separah teman-teman penderita dermatitis atopik, mau tak mau ya harus punya keterbatasan pada pilihan makanan, sabun dan detergen, parfum, juga toleransi zat alergen di udara seperti debu, asap segala jenis pembakaran, bau coro dan tikus, bau bangkai, serta beberapa aroma parfum menyengat yang ketika terhirup langsung mengakibatkanku bersin-bersin.
Seorang wanita sedang meniup bunga dandelion


Apakah alergi menular? 

Alergi tidak menular. Gejala bersin-bersin, ruam pada kulit, biduran, bahkan bisa sesak nafas jika parah hingga syok anaflaksis yang disebabkan oleh alergi musiman atau rhinitis alergi tidak menyebar dari orang ke orang. Begitu pula seperti eksim pada tubuh terutama pada tangan dan kaki pengidap dermatitis atopik. Maka dari itu, kita tidak perlu khawatir tertular berada dekat-dekat penderitanya. Berbeda halnya jika gejala bersin-bersinnya karena flu atau sesak nafasnya karena COVID dan ruam atau eksimnya karena cacar. Lain ceritanya.

Alergi bersifat genetik 

Alergi memang tidak menular dari individu satu ke individu lainnya, tapi diwariskan dari orang tua ke generasi selanjutnya, alias turunan. Bisa jadi anaknya memiliki kondisi yang sama seperti orang tuanya, atau memiliki kondisi berbeda. Namun yang jelas jika salah satu orang tuanya memiliki riwayat alergi, potensi anaknya berisiko alergi lebih tinggi lagi.

Selain genetik, para ahli berpendapat bahwa munculnya penyakit alergi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kebersihan lingkungan, kualitas udara di lingkungan tempat tinggal (termasuk paparan asap rokok), riwayat infeksi, pola makan, stres, dan perubahan hormon. 

Jadi, alergi tidak semata-mata ditentukan oleh faktor keturunan. Seorang anak bisa saja mengalami alergi meski orang tuanya tidak memiliki riwayat alergi, begitu pun sebaliknya.

Setuju sekali denan pendapat para ahli ini. Aku sendiri awalnya malah mengira tak punya alergi. Ketika masih kecil, aku bisa makan apa saja tanpa efek gatal-gatal. Main keceh (genangan air di jalanan atau di mana sajalah ketika musim hujan tiba) dan main parit aman-aman saja, (Kalau mandi parit gak pernah sih). Berbeda dengan emakku yg waktu itu menghindari konsumsi ikan kembung dan udang.

Nah, tepat setelah sembuh dari sakit cacar air di kelas 1 SMP,  aku merasa tak bisa lagi mandi hujan. Habis mandi hujan pasti kegatalan, terutama di area bekas luka cacar. Bahkan kena airnya juga terasa gatal. Walau tak sampai ruam-ruam. (Agaknya sejak itu makanya ketika SMA di tasku selalu ada payung lipat). Lalu beberapa tahun setelah tamat kuliah baru kusadari ternyata mandi hujan tak lagi membuatku kegatalan. Entah kapan hilangnya.

Gejala alergi selanjutnya muncul di masa semester 5 bangku kuliah, tepatnya setelah pindah kos ke Tuasan. Kudapati air sumurnya kurang bersahabat dengan kulitku. Tiap habis mandi pasti timbul ruam. Lalu makin lama gejalanya bertambah. Jika malam tiba, tangan terasa gatal. Awalnya kadang-kadang, lalu bertambah frekuensinya sampai tiap malam. Pernah juga beberapa waktu terasa panas, memerah dan tegang karena agak bengkak hingga ke jari-jari tangan. Sehingga sulit untuk ditekukkan. Gataal sekali.
Seorang wanita sedang menggaruk punggung tangannya yang memerah ruam dan gatal


Tapi di pagi hari kembali lagi seperti semula. Gatalnya juga hilang. Yang tinggal seperti bintik-bintik berair seperti bekas digigit semut (kalau bahasa Aek Lobanya disebut 'kuman'), letaknya di telapak tangan bagian samping, sejajar dengan kelingking hingga batas pergelangan. Tapi gak bisa ditindas atau dipecahkan. Kalau bekas gigitan semut kan bisa dipecahkan ya. Nah ini tak bisa. Seperti tebal kulitnya. Aku pun heran. 

Gejalanya akan semakin berat ketika aku makan di luaran alias mengandung MSG, ayam bodo-bodo (meminjam kata si Teta), dan kudapan yang tinggi kandungan gulanya. Padahal itu tipe camilan favoritku masa itu).
 
Nah kecurigaanku pada air sumur ini benar adanya. Pasalnya ketika beberapa tahun kemudian kosan kami diinstalasi PDAM, eh ku tak lagi mengalami ruam sehabis mandi, dan berangsur-angsur tanganku juga tak lagi mengalami gejala demikian. Dan kuman-kumannya pun hilang. 

Di masa-masa itu sabun pun gonta-ganti. Pakai segala varian Detol tak mempan. Sabun batang yang katanya solusi untuk kulit bermasalah, di kulitku malah membuat gak nyaman. Hingga akhirnya yang paling minimal efek alerginya adalah sabun sereh atau serai dari Herboris. Bertahun-tahun kemudian ku tak pernah ganti sabun lagi sampai setahun setelah balik kampung, yaitu ketika stok sabunku habis. Lalu pelan-pelan berganti kembali ke 'sabun rakyat'. 

Awal kembali kena air sumur di rumah pun, kulitku kembali ruam-ruam setelah mandi. Aneh kan ya, bisa-bisanya alergi sama air sumur sendiri. Dulu-dulu kok enggak? Apa mungkin air sumur yang jernihnya luar biasa ini juga tercemar alergen? Hmm... Bisa jadi. 

Sukurnya, lama-lama terbiasa di kulit. Ketika berganti ke sabun segala merek pun, kulit masih bisa menoleransi. Nah, barulah sebulan bulan belakangan ini, kalau habis mandi muncul lagi ruam-ruam. Dan 'Kuman' itu juga sepertinya ada muncul satu dua lalu hilang. Sejauh ini tak ada rasa gatal di tangan kala malam. 

Sampai detik ini ku masih mengira-ngira apa penyebab gejala alergi dulu kala ini muncul kembali. 
Serangga atau kutu berwarna merah dan hitam bersandingan dengan tetesan air di atas daun hijau


Alergi dan Kutu Air

Menurut hasil pengamatanku, orang-orang yang memiliki riwayat alergi, lebih rentan terkena kutu air dan juga lebih susah sembuhnya dibandingkan orang yang tak punya gangguan alergi. Emakku contohnya.

Dari ceritanya, setelah menikah, barulah muncul gejala alergi yang makin lama makin parah. Gatal-gatal pada bagian kaki dan tangan. Terutama pada telapak dan sela-sela jari. Awalnya seperti terkena kutu air, lalu lama-lama kulitnya pecah-pecah dan pedihnya bukan main. Tidak cocok dengan sabun cuci? (Padahal sebelum menikah ya nyuci pakai sabun itu juga).

Semua jenis sabun dan detergen sudah dicoba bergantian. Segala obat dan salep dari mantri, bidan, dan  dokter sudah dicoba, beragam obat alternatif baik dari resep di buku-buku pengobatan tradisional maupun kearifan lokal dari orang-orang terdahulu pun sudah dijajal. Entah sudah berapa jenis spesies tokek bakar pun yang ditenggak emakku. Tak sembuh juga.

Akhirnya ya pandai-pandai meminimalisasi kontak dengan air dan sabun sebisanya, dan memakai produk yang paling minim dampaknya. Hingga kini. Meskipun kini kondisinya tak separah dulu. Resistensinya bertambah sepertinya ya.

Mungkin ini yang dimaksud dengan alergi bisa diturunkan tingkat keparahannya dengan memaparkan zat alergen pada penderita dengan dosis yang main lama makin dinaikkan. Sehingga resistensi terhadap zat alergen juga bertambah. Dan tadaaa... Lama-lama jadi tak alergi lagi terhadap alergen tersebut. 

Jadi kalau ada pertanyaan apakah alergi bisa disembuhkan? 

Jawabannya tidak. Alergi tidak bisa sembuh, tapi bisa diobati dan diringankan gejala dan tingkat keparahannya.

Lalu apakah penyakit kutu air bisa sembuh? 

Oh tentu bisa. Kutu air disebabkan oleh infeksi jamur dari kelompok dermatophytes, jamur yang sama penyebab kurap. Dan penyakit ini menular. 
Kaki kiri yang jari kelingkingnya dipegang oleh sebuah tangan menunjukkan selah jari kelingking terkena kutu air


Rekomendasi obat manjur untuk kutu air

Berikut adalah beberapa salep dan obat yang cukup ampuh untuk mengobati kutu air membandel versi emakku: 

1. Salep Pi Kang Shuang

Walau salap jadul ini sempat habis beberapa tabung juga, tetap saja mencari yang lebih ampuh. Beberpa tahun kemudian ketika menemukan khasiat minyak karo, salep ini ditinggalkan emakku.

2. Minyak Karo

Awalnya minyak karo ini memberikan hasil lumayan. Kulit yang terbuka mengering, dan gatal juga hilang. Namun lama-lama seperti tidak mempan lagi, bahkan malah membuat tambah lembab dan gatal. Akhirnya minyak karo pun ditinggalkan dan kembali ke phi kang suang, sampai kukenalkan dengan opsi no. 3.

3. Ketoconazole Cream

Sejauh ini salep beraroma harum ini adalah yg paling setia digunakan emakku karena cocok di kulit dan efeknya juga cukup ampuh, sampai ketemu opsi no. 4.

4. Autan varian merah muda

Ya, kamu gak salah baca. Memang AUTAN, lotion anti nyamuk yang itu yang ku maksud. Info ini didapat dari tetangga. Nah, sang tetangga dikasi tahu anaknya yang punya keahlian di bidang. pengobatan alternatif. Kata anaknya "Wajib yang pink ya, varian lain gak bisa". Emakku pernah coba merek Soffell yang pink, karena gak nemu si Autan pink, dan memang tak mempan. Nah, ini sekali dicoba, besok paginya kulit yg terkelupas dan pecah-pecah itu langsung kering dan tertutup, gatalnya hilang dan ruamnya perlahan berkurang. Segitu ampuhnya rupanya. 
Autan sachet pink


Cara Ampuh Mengatasi Kutu Air Membandel

Begini langkah-langkah penanganan dan pengobatan kutu air membandel ala emakku yang kurasa agak ekstrim: 

1. Bersihkan kaki

(baca: berus telapak kaki dengan berus kamar mandi hingga bersih). Kalau habis adzan Isya ada dengar suara orang memberus sesuatu di kamar mandi, sudah dipastikan itu adalah suara emakku ngeberus telapak kakinya🥲. 

2. Rendam dengan air garam

(Dulu-dulu dibuatnya, sekarang langsung ke opsi no 3 aja, sih).

3. Siram/ rendam dengan air panas

(Bukan hangat loh ya, panas. Tapi tak sampai membuat kulit melepuh, tapi yang pasti berasap). 

4. Keringkan. Lalu kasi salep

(Sepekan belakangan salep ketoconazole diganti dengan Autan merah muda, karena dirasa jauh lebih ampuh. Paginya langsung kering dan tertutup kulit yang terkelupas.) 

Aku sendiri belum sempat membuktikan keampuhan si Autan ini sebagai obat kutu air. Maunya sih tak punya kesempatan mencoba.  Tapi rasanya hampir mustahil. Seharian saja kaki aktif berinteraksi dengan air, bisa dipastikan sorenya sela-sela jari kaki pasti merah-merah. 


Btw, tak habis pikir aku kenapa Autan ini jadi obat manjur untuk mengobati kutu air. Autan ini bukan pembunuh serangga, tapi lebih ke penghalau nyamuk. Sedangkan penyebab kutu air adalah jamur. Dengan kata lain ada kandungan bahan di Autan yang bisa membasmi jamur, bukan begitu? 

Apa saja sih bahan yang terkandung dalam Autan?

Sungguh aku terbengong ketika melihat bagian belakang kemasannya. Tak ditemukan bahan komposisinya. Baru kali ini rasanya ada produk yang komposisinya tak dicantumkan. Hanya ada info "mengandung bahan aktif Diethyltoluamide 15%". Hal yang sama juga kutemui pada produk Soffell. Bedanya di Soffel jumlahnya 12%. Gak ada komposisinya.

Setelah mencari-cari di Google barulah ketemu di situs ScJohnson
https://www.whatsinsidescjohnson.com/id/id/brands/Autan/autan_soft_and_scented_sachet

Ternyata beginilah komposisi bahan yang terkandung dalam AUTAN Floral & Protect: 

1. Air
2. Wewangian

4-tert-butylcyclohexyl acetate*; alpha-isomethyl ionone*; benzyl salicylate*; butylphenyl methylpropional*; citronellol*; coumarin*; dipropylene glycol; e + z-oxacyclohexadec-12(+13)-en-2-one (mixture); geraniol*; hexyl cinnamal*; linalool*; methyl Ionones; nerol*; phenethyl alcohol; terpineol*; tetramethyl acetyloctahydronaphthalenes*

3. Sorbitan Laurate (pengemulsi) 
4. Acrylic Copolymer (Pengental)
5. Methyl Paraben (pengawet) 
6. Sodium Hydroxide (pengatur pH) 
7. Lidah buaya (Emolien) 


Entah bahan yang mana atau perpaduan mana saja yang membuat kelompok jamur dermatophytes penyebab kutu air ini tewas. Yang jelas Autan pink ini mengandung Methyl Paraben yang kalau pegiat healthy skincare biasanya agak-agak anti sama pengawet satu ini. 

Nah, setelah tahu info absurd ini, kira-kira kamu bakal nyobain sendiri atau mungkin merekomendasikan Autan ini sebagai obat kutu air ke rekan dan kerabat gak sih

Pesan moral: 

Ketika perlu dirasa, dipikir dan ditimbang antara ikhtiar mengobati kutu air membandel vs mudaratnya bagi jiwa dan raga, ya silakan bijaksana. 

Catatan: 

Pada produk Soffell, aku sama sekali belum berhasil menemukan info komposisi apa saja yang terkandung di dalamnya. 

Tebakan:

Autan termasuk produk yang terafiliasi Gen-O Si-Dia gak sih? 😁

You Might Also Like

1 comment:

  1. Repot juga kalo alergi ini, yaa. Tapi salutt mampu bertahan di kosan sampe akhirnya masuk PDAM yaa, hehee
    Jadi inget ponakanku, ada luka atau apa gitu dikakinya cuma bisa pake sabun baby jhonson (begitu rekomenadasi dokter)
    Smogaa setelah ini sehat2 semua yaa....

    ReplyDelete

Thank you for visiting. Feel free to leave your response. 🙏😁😄