May Day, Mayday
Hari ini tepat dua tahun telah berlalu menurut kalender Masehi. Aku ingat ketika itu aku pikir angkot yang kunaiki akan terjebak dalam antrian panjang di jalanan kota. Mengingat hari itu adalah hari "besar" para pekerja yang sebagian besar merayakannya dengan turun ke jalan, untuk menyuarakan keadilan.
Anehnya, aku sadar kalau hari itu adalah hari libur nasional, namun aku baru sadar bahwa jalur angkot yang kunaiki akan melalui titik-titik "perayaan" beberapa saat setelah menjalani statusku sebagai penumpang. Ah, lagi-lagi pasokan oksigen ke otakku butuh dipacu dengan olahraga yang kian enggan kulakukan.
Ternyata perkiraanku meleset. Angkot yang kutumpangi mengalami rekayasa lalu lintas. Ia mengikuti perubahan jalur seperti instruksi pak polisi, hingga sama sekali tak terjebak euforia perayaan tersebut.
Hanya kecepatannya yang melambat. Bahkan waktu tempuh untuk melewati Jalan Adam Malik ke bundaran SIB hingga Plaza Medan Fair hari itu lebih cepat dari biasanya. Tanpa macet lampu merah yang berarti.
Sebuah awal hari yang mengesankan sebagai pemulai awal-mulamu.
Akhirnya tiba juga kami yang memiliki waktu luang dan yang meluangkan waktu. Lalu mengumpulkan diri di ruang tamu kediaman saudari kami di Jalan Sewindu.
Setelah menikmati empuknya sofa, akhirnya kami merasakan bahwa lantai lebih menggoda. Ditemani papan tulis kecil dan seperangkat alat coret-coretnya, es pentol warna warni dan bayi-bayi kucing manja yang hendak beranjak remaja. Kompilasi yang sempurna untuk merancang penampilan dan gaya berpakaianmu bukan?
Pertama-tama kami mendesain pakaianmu. Perpaduan klasik dan mode masa kini namun tetap sesuai tuntunan syariat. Begitulah kesepakatan kami. Kemudian kami memilih jenis kain yang enak untuk kau gunakan, warna yang akan kau sukai dan menunjukkan kepribadianmu, serta beberapa aksesori yang pantas untuk pakaianmu.
Selanjutnya kami menyeleksi penjahit-penjahit terbaik yang kami miliki. Mereka harus paham dengan selera yang kami inginkan dan yang paling penting bersedia dan berkomitmen untuk menyelesaikan pesanan. Menjahit pakaianmu sampai tuntas. Karena pakaian-pakaian itu yang akan kau gunakan selama 2 tahun.
Terakhir, kami memilihkan binatu terbaik untuk pakaian-pakaianmu nanti. Setelah semuanya setuju, kami menyerahkan bagian masing-masing kepada penjahit dan binatu.
Seiring berjalannya waktu, satu-persatu unit pakainmu selesai dijahit. Di bulan pertama, pesanan kami tiba tepat waktu. Lalu di bulan-bulan setelahnya ada beberapa pakaianmu yang di antar ke kediaman kami. Namun ternyata ada sebagian kancingnya yang belum terpasang. Mungkin penjahit kami melewatkannya.
Bulan selanjutnya, bagian lehernya tidak dijahit pinggir sehingga benangnya menjuntai keluar.
Sepertinya beberapa penjahit kami sedang banyak pesanan hingga mereka cukup sibuk dan melupakan bagian tersebut.
Dan bulan-bulan selanjutnya kian banyak bagian yang tak selesai dijahit. Hingga akhirnya sebagian penjahit kami tak lagi datang mengantarkan pakaianmu. Sedangkan beberapa penjahit lain ada yang menyelesaikan beberapa pakaian yang tidak sesuai dengan gayamu, bahkan sangat jauh dari kepribadianmu, sehingga kau tak sanggup untuk memakai pakaian tersebut. Begitu pula halnya yang terjadi pada bagian binatu.
Beberapa penjahit dan binatu kami menyarankan solusi untuk mencari penjahit dan binatu yang lain.
Kami pikir itu adalah sebuah jalan keluar yang masuk akal. namun, pencarian kami tak membuahkan hasil memuaskan, sampai akhirnya kami yang tersisa memutuskan untuk mengerjakannya sendiri.
Beberapa dari kami memang pernah ikut kursus menjahit, sedangkan binatu, kami terbiasa mencuci sendiri. Ada yang menggunakan mesin ada juga yang manual. Menyetrika, Insya Allah kami cukup terlatih.
Dan akhirnya kami yang tersisa menangani penampilan dan gaya berpakaianmu, hingga kini. Sering ketika musim hujan tiba, kau harus bersabar menunggu sepatumu kering, atau ketika listrik sedang dipadamkan bergilir dan kami lupa menyetrika pakaianmu, kami akhirnya memilihkan pakaian yang tingkat kusutnya minimalis. Ya, beberapa bahan pakaianmu anti kusut. Hingga teman dan kenalanmu tak ada yang tahu kalau pakaianmu tidak disetrika.
Memang tak bisa dipngkiri bahwa banyak pihak yang juga ingin ambil alih melayanimu karena mereka juga adalah bagian dari keluargamu dan mereka juga memilikimu. Tak jarang yang berfikir kenapa mereka tidak dilibatkan dalam melayanimu atau mengapa mereka hanya diajak untuk sekedar menemanimu dan berbincang-bincang denganmu saja.
Yang sesungguhnya, dari lubuk hati yang paling dalam, kami selalu mengajak kalian untuk turut serta berbakti padanya. Namun sadarkah kalian kalau kalian sering mengabaikan undangan-undangan yang tak pernah alfa kami berikan sejak awal mula bahkan hingga kini? Mulai dari jenis pengabaian dengan tidak berkabar sama sekali, berkabar tiba-tiba tidak bisa membersamai, hingga yang kerap berjanji meluangkan waktu namun selalu mengingkari.
Kami, ah tidak, lebih tepatnya aku. Aku sadar dan paham bahwa tiap-tiap kita pasti memiliki prioritas dalam hidup. Mereka punya prioritas, begitu pula aku. Pun kami dan kamu.
Ketika kami memprioritaskan meraka namun ternyata kami bukanlah prioritas mereka, bukankah kami melakkan hal yang sia-sia? Sementara ada mereka-meraka lain yang ternyata memprioritaskan kami. Artinya kami telah melakukan hal yang sia-sia dengan menyia-nyiakan mereka-mereka yang lain ini. Bukankah menurtmu juga begitu?
Maka, ketika menemui masa senang, wajar jika yang kami ingat adalah mereka-meraka yang sama berjuang di masa sulit bukan?
Masa senangmu, mungkin begitu mereka menyebutnya.
Percayakah kamu, bahwa jika kita fokus mengabdikan diri pada sesuatu, baik itu hobi, kesenangan, pekerjaan, atau apapun bentuknya, akan ada saat-saat ketika kita mendapatkan sesuatu yang bentuknya akan kita anggap sebagai bonus?
Orang lain akan melihatnya sebagai sesatu yang mewah atau luar biasa, sedangkan kita akan menganggapnya sebagai bonus. Dan ketika kita menggunakan bonus itu atas namamu, saat itulah mereka akan berkata bahwa mereka tidak diajak turut serta atau redaksi serupa hanya untuk kalangan tertentu saja atau yang itu-itu saja.
Coba pikir, apakah wajar ketika sebuah bonus ekslusif mewakili namamu diberikan kepada mereka yang memiliki catatan cacat pada penepatan janjinya? Atau pada mereka yang hanya terlihat di saat-saat kita bahagia?
Apakah kalimat-kalimatk cukup jahat sebagai manusia?
Aku hanya berusaha berpikir logis, realistis dan humanis di saat yang bersamaan. Aku yakin jika mereka berada di posisiku, sebagai manusia yang punya hati, mereka kurang lebih akan melakukan hal yang sama. Dan aku bisa mengerti cara pandang mereka karena aku juga pernah berada di posisi mereka. Maka, maukah kalian mengambil posisiku agar kalian tahu bagaimana rasanya?
Karena mau tidak mau, kami harus beregenerasi. Dengan begitu, barulah kau dikatakan hidup. Dan dua tahun adalah masa ideal untuk berganti penerus. Kami akan terus berada bersamamu, namun giliran anggota keluargamu yang lain yang akan mendesainkan gaya dan penampilanmu untuk 2 tahun kedepan.
Maka, kuralat kembali petanyaanku di atas. Maukah kalian mengambil posisi kami untuk meneruskan perjuangan dakwah Ia yang kita cinta?
May Day. Mayday.
1 Mei 2018. Dua tahun FLP Medan.
2 Tahun FLP Medan:Apakah kepala dan kaki kita masih sehat(i)? |