Palestina-Israel, It's Complicated (?)
"If you’re not careful, the newspaper will have you hating the people who are being oppressed, and loving the people who are doing the oppressing.”
Sebuah kutipan dari Malcolm X yang jika dialihbahasakan menjadi “Jika engkau tidak teliti, surat kabar akan membuatmu membenci orang-orang yang tertindas, dan mencintai orang-orang yang melakukan penindasan.”
Perihal seperti pemutarbalikan fakta, pengalihan sorotan masalah, serta pengaburan fakta dan data adalah beberapa santapan yang biasa disajikan oleh kebanyakan media mainstream. Alih-alih mendapatkan informasi yang akurat, masyarakat malah dibodoh-bodohi dengan headline dan kata-kata yang digunakan dalam berita yang kedengarannya sama tapi berbeda makna.
Bukankah media masa seharusnya netral? Bukankah media masa hakikatnya menyuarakan fakta dan data? Rasanya sudah bukan zamannya lagi melontarkan pertanyaan semacam itu. Ada baiknya diganti menjadi, siapa pemilik media itu? Dan siapakah si siapa itu?
Seperti halnya berita Palestina dan Israel. Berapa banyak masyarakat dunia yang menganggap hal ini adalah bahasan yang amat sangat rumit?
Sesuatu yang rumit tentu cenderung diabaikan dan tak dipedulikan. Mendengarnya saja malas, apalagi mempelajarinya. Inilah bentuk berhasilnya propaganda para pemilik kepentingan. Sehingga mereka bebas menjalankan penjajahan yang selama 70an tahun ini mereka lakukan di Palestina sana tanpa khawatir diketahui oleh mata dunia. Karena mata dunia sudah duluan mereka ‘hipnotis’.
Ya, masalah Israel dan Palestina ini bukan hal yang rumit. Ini hanya mengenai pihak penjajah dan pihak yang terjajah. Sesederhana itu. Namun dibuat tampak bagai benang kusut sehingga masalah utamanya tersamarkan.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Dahulu kala ada sebuah tanah bernama Palestina. Tanah itu didiami oleh 87% umat muslim, 10% umat kristiani, dan 3% umat Yahudi. Selama berabad-abad mereka hidup damai di bawah kekaisaran Ottoman.
Ketika Perang Dunia I berakhir, Ottoman berada di pihak yang kalah. Dan Palestina pun menjadi daerah kekuasaan Inggris.
Sementara itu di Eropa, paham Zionis di bawah pimpinan Theodor Herzl sedang tumbuh pesat dan berhasil menanamkan pengaruh untuk mendukung migrasi besar-besaran kaum Yahudi ke Palestina.
Pada 1917, Inggris tiba-tiba mengumumkan niatnya untuk membuat sebuah negara bagi bangsa Yahudi di Palestina. Jadi Inggris dengan santainya memberikan Palestina, yang lebih dari 90% nya adalah penduduk asli Palestina, sebagai hadiah kepada Zionis Eropa.
Difasilitasi oleh Inggris, imigrasi Yahudi Eropa ke Palestina dari 1922 sampai 1935 menyebabkan populasi Yahudi meningkat menjadi 27%. Artinya akan ada lebih banyak lahan yang dicaplok.
Konflik penduduk asli dan pendatang ini membuat Inggris sakit kepala. Jadi pada 1947, Inggris menyerahkan tanggung jawabnya atas Palestina ke tangan PBB. PBB memutuskan untuk membagi Palestina menjadi 2 negara; negara Arab dan negara kaum Yahudi, di mana Yahudi mendapatkan 55% lahan.
Padahal jumlah Yahudi saat itu hanya sepertiga dari populasi, dan sebagian besar baru tiba dari Eropa beberapa tahun saja. Maka rakyat Palestina dan bangsa Arab pun menolak. Sedangkan Zionis menerima ususlan PBB. Tetapi yang diterima Zionis hanya mengenai pendirian negara Zionisnya, tidak setuju dengan jumlah lahannya. Mereka ingin lebih banyak lagi.
Tahun 1948, milisi Zionis menggempur dan merebut desa-desa dan kota-kota rakyat Palestina, yang menyebabkan ribuan rakyat palestina tak memiliki tempat tinggal dan tanah air. Zionis terus memperluas wilayah sebanyak mungkin dan membersihkan wilayah tersebut dari orang-orang Palestina
Di hari yang sama ketika Inggris hengkang dari Palestina, Zionis memproklamasikan berdirinya negara Israel. Jutaan warga Palestina kehilangan negaranya dalam semalam. Dan yang paling aneh adalah beberapa saat setelah itu, kedua negara super power di masa itu; AS dan Uni Soviet, langsung mengakui keberadaan negara Israel.
Puncaknya, 15 Mei 1948 menjadi salah satu hari tergelap dalam sejarah Palestina. Mereka menyebutnya Nakba (malapetaka). Kehilangan negara, identitas, dan rumah dengan begitu saja merupakan hal yang sangat mengerikan.
Namun, hal itu pun belum cukup bagi lelaki, wanita dan anak-anak palestina. Mereka masih harus menghadapi pembersihan etnis dari tanah air mereka, sampai mereka benar-benar musnah dari muka bumi.
Jadi, berdirinya negara Israel tidak hanya berarti bahwa 1.9 juta rakyat palestina harus terusir dari rumahnya, tidak hanya berarti bahwa 78% bangsa asli palestina dikeluarkan dari tempat asalnya, tidak hanya berarti bahwa 530 desa dan kota di palestina dihancurleburkan lalu disterilkan dari penduduk Palestina, dan tak hanya berarti pembunuhan terhadap 15.000 orang Palestina secara biadab.
Berdirinya negara Israel berarti sebuah permulaan atas sesuatu yang jauh lebih mengerikan bagi rakyat Palestina, yaitu upaya pendudukan selama lebih dari 70 tahun, penghancuran permukiman, penangkapan dan pemenjaraan sewenang-wenang, ekspansi warga Israel, pemeriksaan militer, kontruksi dinding-dinding pembatas, diskriminasi, pembantaian masal, pengeboman rakyat sipil (lelaki, wanita dan anak-anak) tak bersalah di rumah mereka sendiri.
Jadi, rumit? Tidak. Ini bukan hal yang rumit. Rakyat palestina adalah orang-orang yang selama ini tertindas dan terjajah, yang tanah airnya diambil paksa, dan sejak saat itu (73 tahun) menderita hingga kini.
Palestina-Israel bukan sebuah perang antar dua negara, apalagi konflik.
Perang batu berati perang dengan melemparkan batu kepada lawan. Perang kimia berati perang dengan menggunakan bahan-bahan kimia untuk kekuatan militer. Dengan kata lain, perang berati kedua belah pihak menggunakan senjata yang sama alias seimbang sebagai alat tempurnya.
Pertanyaannya, adakah sama kekuatan dan jenis senjata Palestina dan Israel? Yang satu pakai batu, lawannya pakai senjata api, gas air mata, bom asap, granat, dan bom.
Yang satu hidupnya dalam blokade, tak punya angkatan laut, tak punya angkatan darat, tak punya tank ataupun akses ke artileri berat, lawannya punya senjata nuklir yang didanai para pembayar pajaknya AS berjuta-juta dolar, punya beberapa perlengkapan militer paling canggih dan paling kuat di dunia.
Kalaupun di sebut perang, maka Palestina dan Israel adalah perang kemerdekaan, perang melawan penjajahan.
Jika masih ada yang menyebut Palestina dan Israel sebagai perang antar dua negara, apa lagi konflik, maka sesungghnya Anda telah termakan propaganda Zionis yang mainannya mendistorsi sejarah dan ‘playing victim’.
Jadi, Palestina- Israel adalah hal rumit? Tidak. Ini bukan hal rumit. Zionis Israel adalah pihak yang selama ini menindas, menjajah dan yang melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
Jika sebagai warga negara Indonesia yang jelas-jelas dalam pembukaan UUD ’45 dinyatakan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemansiaan dan peri-keadilan.”, maka sudah saatnya kita buka mata, bangun, dan bersuara untuk para manusia di Palestina.
Apa yang bisa kita bantu lakukan?
Sebarkan kekejaman zionis agar dunia tahu apa yang sebenarnya selama ini telah dan sedang terjadi.
Terus mengedukasi orang-orang sekitar.
Boikot produk-produk Israel dan produk-produk pendukung Israel.
Desak pemerintah untuk mendesak para pemimpin negara-negara pendukung Israel supaya mengehentikan dukungannya ke Israel.
Menggalang dana dan donasi untuk Palestina.
"You take my water, burn my olive trees, destroy my house, take my job, steal my land, imprison my father, kill my mother, bombard my country, starve us all, humiliate us all but I am to blame, I shot a rocket back.” -Noam Chomsky-
Sumber:
Aljazeera.com
Onepath.com
https://mojok.co/kar/esai/pengalaman-ketemu-hamas-di-palestina-dan-bekal-kamu-untuk-debat-dengan-akun-pro-israel/
Kbbi.web.id
Pinterest.com
#freepalestine #savepalestine #freedomforpalestine #westandwithpalestine #selamatkanpalestina #kemerdekaanuntukpalestina